[Medan | 21 Mei 2024] Harga saham PT Indofarma Tbk (INAF), perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dan alat kesehatan ini terpantau naik 9,40% ke level Rp 163 per saham pada perdagangan hari Senin (20/5/2024), meski ada temuan penyimpangan yang berindikasi tindak pidana pada perseroan dan anak perusahaan serta berpotensi merugikan negara hingga ratusan miliar.
Sebagai informasi, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan penyimpangan yang berindikasi tindak pidana di PT Indofarma Tbk dan anak perusahaannya, yang diperkirakan menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 371,83 miliar. Temuan ini tercantum dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Investigatif mengenai Pengelolaan Keuangan PT Indofarma Tbk, Anak Perusahaan, dan Instansi Terkait Lainnya Tahun 2020 hingga 2023. Laporan ini diserahkan oleh BPK kepada Jaksa Agung di Kejaksaan Agung, Jakarta, pada hari Senin (20/5/2024).
Pemeriksaan ini pun merupakan inisiatif BPK yang berasal dari pengembangan hasil pemeriksaan Kepatuhan atas Pengelolaan Pendapatan, Beban, dan Kegiatan Investasi Tahun 2020 s.d Semester I Tahun 2023 pada PT Indofarma Tbk, Anak Perusahaan dan Instansi Terkait.
Selain penyerahan hasil pemeriksaan investigatif tersebut, BPK juga telah menyerahkan kepada Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta pada 5 Maret 2024, berupa Laporan Hasil Penghitungan Kerugian Negara (LHP PKN) atas Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kepada PT Linkadata Citra Mandiri Tahun 2016 – 2019.
Hingga saat ini, belum ada kabar positif terbaru terkait aksi korporasi yang memicu lonjakan harga saham INAF. Namun, kenaikan saham INAF terjadi bersamaan dengan melonjaknya saham-saham farmasi lainnya yang dipicu oleh peningkatan kasus DBD yang signifikan di Indonesia akibat perubahan cuaca yang cepat.
Selain itu, Singapura melaporkan lonjakan kasus COVID-19 hampir dua kali lipat dari minggu ke minggu, dengan perkiraan infeksi mencapai 25.900 pada minggu tanggal 5 hingga 11 Mei. Lonjakan ini disebabkan oleh varian baru COVID-19, yakni KP.1 dan KP.2, yang merupakan keturunan varian JN.1, yang menyebar cepat ke seluruh dunia beberapa bulan lalu.