[Medan | 3 April 2024] Harga saham PT Timah Tbk (TINS), perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang pertambangan timah ini terpantau melesat 13,50% ke level Rp 925 per saham pada perdagangan hari Selasa (2/4/2024), di tengah kasus korupsi terkait komoditas timah yang melibatkan Harvey Moeis hingga Helena Lim.
Sebagai informasi, Kejaksaan Agung (Kejagung) hingga saat ini telah menetapkan 16 orang sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengelolaan tata niaga timah wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk dari 2015 hingga 2022. Adapun dalam sepekan, saham TINS sudah melesat 14,01%, sedangkan dalam sebulan melejit 57,89%.
Melesatnya saham TINS ini pun diperkirakan terjadi karena pasar tampaknya tidak terlalu mengkhawatirkan kabar korupsi yang menimpa PT Timah Tbk tersebut. Di sisi lain, TINS membukukan rugi bersih sebesar Rp 449,7 miliar sepanjang 2023, berbanding terbalik dengan laba yang dicatatkan pada tahun 2022 sebesar Rp 1,041 triliun. Kerugian perseroan ini pun didorong oleh pendapatan perusahaan yang tercatat menurun sebesar 32,89% dari Rp 12,5 triliun menjadi Rp 8,39 triliun.
Secara rinci, segmen pertambangan timah berkontribusi sebesar Rp 8,36 triliun, diikuti oleh segmen pertambangan batubara yang berkontribusi sebesar Rp1,05 triliun, dan segmen industri sebesar Rp 962,22 miliar. Kemudian, pendapatan segmen konstruksi berkontribusi sebesar Rp 307,5 miliar, dan segmen lainnya sebesar Rp 441,79 miliar.
Sementara itu, TINS mencatatkan produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau 74% pada akhir tahun 2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.079 ton. Adapun, produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau 77% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19.825 metrik ton, serta penjualan logam timah sebesar 14.385 metrik ton atau 69% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.805 metrik ton. Harga jual rerata logam timah juga tercatat sebesar US$26.583 per metrik ton atau lebih rendah 84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD31.474 per metrik ton.
Manajemen TINS sendiri menjelaskan bahwa lambatnya pemulihan perekonomian global dan domestik, serta tekanan harga logam timah dunia di tahun 2023 akibat penguatan mata uang AS dan lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022, sehingga berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan di tahun 2023.
Di sisi lain, total aset perusahaan pada akhir tahun 2023 turun menjadi Rp 12,85 triliun dari Rp 13,06 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, liabilitas perusahaan meningkat menjadi Rp 6,61 triliun dari Rp 6,02 triliun, sementara ekuitas perusahaan mengalami penurunan dari Rp 7,04 triliun menjadi Rp 6,24 triliun.