[Medan | 2 Mei 2024] Masuknya bulan Mei membawa perhatian pelaku pasar pada strategi investasi yang dikenal dengan istilah “Sell in May and Go Away”. Istilah ini menggambarkan kecenderungan investor untuk menjual saham pada awal Mei dan membeli kembali pada awal November.
Menurut Arjun Ajwani dari Infovesta Kapital Advisori, data historis selama 10 tahun terakhir sejak Mei 2013 menunjukkan bahwa fenomena pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena “Sell in May” tidak selalu terjadi. Hanya sekitar 60% dari periode tersebut IHSG mengalami kinerja negatif, yang lebih dipengaruhi oleh kondisi pasar dan ekonomi saat itu daripada fenomena “Sell in May and Go Away”.
Adapun Arjun mengatakan bahwa sebelum akhir kuartal II-2024, IHSG masih memiliki potensi rebound menjelang musim pembayaran dividen mulai dari pekan ketiga Mei hingga akhir kuartal. Ini didukung oleh rilis laporan keuangan mayoritas emiten big cap yang diharapkan mencetak laba yang memadai dan tumbuh positif karena kondisi bisnis domestik yang masih kuat dan kondusif.
Sementara itu, William Hartanto, Pengamat Pasar Modal & Pendiri WH-Project, memprediksi bahwa IHSG hanya akan mengalami pelemahan terbatas pada bulan Mei ini. Meskipun terjadi “Sell in May”, penurunan IHSG tidak akan signifikan terutama dengan posisi IHSG yang masih kuat di atas level 7.000 hingga akhir April. Apalagi, sentimen dari eksternal cenderung lebih kondusif. Begitu juga dari dalam negeri, pasca adanya kepastian politik selepas penetapan Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
Adapun William merekomendasikan saham BBRI, PGAS, AMMN, INCO dan RAJA. Sementara itu, Arjun merekomendasikan sejumlah saham pilihan di berbagai sektor. Misalnya, di sektor telekomunikasi ada saham TLKM, ISAT, dan EXCL. Kemudian, di sektor energi ada INCO, PGAS, MEDC, dan ADRO, dan untuk sektor perbankan, Arjun merekomendasikan BBRI, BMRI, BBCA, BBNI dan BRIS.