Medan, 29 November 2023 – PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), emiten batu bara yang dipimpin oleh Garibaldi Thohir, memiliki target untuk mencapai kontribusi pendapatan yang seimbang antara bisnis batu bara termal dan batu bara non termal pada tahun 2030. Dalam upaya mencapai target tersebut, ADRO akan mengembangkan bisnis smelter aluminium, energi baru terbarukan (EBT), dan batu bara metalurgi (coking coal).
Lie Luckman, Chief Financial Officer (CFO) ADRO, menjelaskan bahwa Grup Adaro saat ini telah membagi lini bisnisnya menjadi tiga pilar, yaitu Adaro Energy, Adaro Minerals atau PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), dan Adaro Green. Adaro Energy mencakup bisnis batu bara Adaro, termasuk tambang, logistik, jasa pertambangan, dan Adaro Power untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). ADMR mengelola bisnis batu bara metalurgi dan mineral, sementara Adaro Green berfokus pada sektor EBT.
“Pilar Adaro Minerals dan Adaro Green kami harapkan bertumbuh ke depannya sehingga pada 2030 Grup Adaro memiliki 50% pendapatan dari batu bara non termal. Jadi, Pilar 2 dan 3 akan seimbang dengan Pilar 1,” ungkap Lie Luckman dalam Public Expose Live 2023, Selasa (28/11).
Batu bara dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu batu bara termal yang digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik, dan batu bara metalurgi yang digunakan dalam industri metalurgi. Untuk menyeimbangkan bisnis batu bara termal dan non termal, ADRO akan meningkatkan produksi batu bara metalurgi melalui ADMR dan mengembangkan proyek smelter aluminium. Hingga September 2023, ADMR telah menghasilkan 3,98 juta ton batu bara metalurgi, naik 55% dari tahun sebelumnya.
Lie Luckman menyampaikan bahwa kedua sektor ini, batu bara metalurgi dan smelter aluminium, diharapkan akan memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan ADRO mulai tahun 2025. ADRO tetap akan menjaga produksi batu bara termal, dan pada tahun 2023, Grup Adaro menargetkan produksi total batu bara sekitar 62 juta-64 juta ton.
“Kami berada di posisi yang tepat untuk mencapai batas atas produksi 64 juta ton pada 2023, dengan batu bara termal 60 juta ton, sedangkan batu bara metalurgi 4 juta ton,” tambah Lie Luckman.