[Medan | 22 September 2025] PT Petrosea Tbk (PTRO), emiten jasa pertambangan dan energi milik Prajogo Pangestu, kembali menghadirkan katalis baru setelah menandatangani non-binding term sheet dengan pemegang saham Scan-Bilt Pte Ltd (SBPL) terkait rencana akuisisi mayoritas saham. SBPL adalah perusahaan berbasis di Singapura yang bergerak di bidang konstruksi sipil dan pemeliharaan untuk industri kimia, minyak, dan gas darat.
Presiden Direktur Petrosea Michael menyebut akuisisi ini menjadi bagian dari strategi diversifikasi sekaligus penguatan ekspansi regional. Petrosea akan mengembangkan SBPL sebagai business hub untuk ekspansi bisnis ke kawasan Asia Pasifik yang mencakup Singapura, Papua Nugini, dan Indonesia.
SBPL memiliki rekam jejak panjang dalam proyek strategis di Asia Pasifik, termasuk kontrak bersama Shell Eastern Petroleum, Chiyoda Singapore, hingga proyek dengan Stolthaven dan Aster Chemicals & Energy, perusahaan patungan PT Chandra Asri Pacific (TPIA) dan Glencore.
Henan Putihrai Sekuritas menilai langkah ini menegaskan pergeseran PTRO dari sekadar kontraktor tambang terbuka menjadi penyedia jasa terintegrasi di pertambangan, migas, dan infrastruktur dengan jangkauan regional. Perseroan juga didukung kontrak jangka panjang dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) senilai US$1 miliar untuk 10 tahun dan PT Barasentosa Lestari (BSL) senilai Rp3,5 triliun untuk lima tahun. Hal ini meningkatkan kepastian pendapatan sekaligus mengurangi risiko volatilitas siklus komoditas.
Selain itu, ekspansi offshore melalui Hafar Group memperluas layanan ke EPCI dan pelayaran migas lepas pantai, melengkapi rantai nilai dari pit to port onshore hingga pipelay offshore. Pada 2024 PTRO membukukan pendapatan US$690 juta dan EBITDA US$139 juta. Tahun 2025 kinerja disetahunkan diproyeksikan naik menjadi pendapatan US$860 juta, EBITDA US$195 juta, serta laba bersih US$36–38 juta.
Dari sisi pasar, peluang kenaikan free float hingga 35 persen membuka ruang bagi PTRO untuk masuk ke daftar MSCI Global Standard. Henan Putihrai memperkirakan hal ini dapat memicu passive inflow sebesar US$60–80 juta sekaligus mendorong re-rating valuasi. Dengan kapitalisasi pasar tersirat Rp35–38 triliun, target harga saham PTRO berada di kisaran Rp7.400–8.100. Dalam skenario optimistis yang mencakup upgrade MSCI, akselerasi bisnis offshore, dan proyek emas Intam, saham PTRO berpotensi menembus level psikologis Rp8.000.