[Medan | 21 September 2023] PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN), perusahaan yang bergerak di bidang industri media ini masuk ke dalam pantauan Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah terjadi penurunan harga saham AMMN yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity).
Sebagai informasi, harga saham MSIN tercatat anjlok 46,49% selama seminggu hingga menyentuh harga batas bawahnya (ARB) yang saat ini berada di level Rp 1.980 per saham. Adapun saham MSIN kembali dibuka anjlok 13% ke level Rp 1.720 per saham pada perdagangan hari Rabu (20/9/2023) pagi.
Anjloknya saham MSIN ini pun terjadi setelah munculnya rumor bahwa perusahaan berencana untuk melakukan dua aksi korporasi, yaitu stock split dan right issue, meskipun keduanya sudah dilakukan oleh perusahaan dalam waktu yang tidak begitu lama. Sebelumnya, stock split MSIN dilakukan pada November 2020 lalu, dengan rasio 1:2 dari yang sebelumnya sebesar Rp 100 per saham menjadi Rp 50 per saham.
Meskipun stock split tersebut sebelumnya sudah dilakukan, perusahaan berencana untuk melakukan stock split lagi, yang sebelumnya diusulkan dengan rasio 1:2 pada Juli 2022 namun dibatalkan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 19 Juli 2022. Selain stock split, ada juga rumor tentang rencana right issue atau penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Padahal, MSIN pada Februari lalu baru saja menggelar right issue dengan menerbitkan 1.144.440.000 saham baru, dengan harga pelaksanaan di Rp 4.900 per saham.
Kemungkinan bahwa MSIN akan menggelar dua aksi korporasi tersebut mungkin menjadi alasan mengapa saham MSIN anjlok, terutama karena kedua aksi korporasi tersebut terjadi dalam jangka waktu yang relatif singkat, terlepas dari kenyataan bahwa isu rencana right issue hanya berjarak tujuh bulan.
Sementara berdasarkan laporan keuangan perusahaan per semester I-2023 ini, MSIN tercatat membukukan penurunan pendapatan sebesar 10,12% secara tahunan dari Rp 1,93 triliun menjadi Rp 1,73 triliun. Sejalan dengan ini, laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga anjlok 13,74% dari Rp 278,98 miliar menjadi Rp 240,65 miliar pada semester I-2023.