[Medan | 6 Juni 2024] Harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu yang bergerak di bidang energi terbarukan ini, ditutup melemah 10% ke level Rp 7.425 per saham pada perdagangan hari Rabu (5/6/2024).
Pelemahan ini terjadi usai saham BREN gagal masuk ke dalam indeks global Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russel, yang seharusnya efektif pada 24 Juni mendatang. Pembatalan ini pun disebabkan oleh masuknya BREN ke dalam papan pemantauan khusus yang menerapkan mekanisme perdagangan secara full call auction.
Dalam keterangannya, FTSE Russell menyatakan sedang mengevaluasi apakah papan pemantauan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI) perlu dimasukkan ke dalam bagian pemantauan saham dari aturan dasar indeks TFSE Geis atau tidak. Peninjauan kelayakan saham di papan pemantauan khusus sedang berlangsung, dan FTSE Russell akan menunda pemberlakuan peninjauan indeks sampai pengumuman berikutnya.
Sebagai informasi, indeks FTSE adalah serangkaian indeks pasar saham yang digunakan untuk melacak dan mengukur kinerja sekelompok saham yang dipilih dari bursa efek di Inggris dan di seluruh dunia. Adapun salah satu kriteria saham yang berhak masuk ke dalam indeks FTSE ini saham dengan fundamental yang kuat dan likuiditas yang baik. Dengan begitu, saham yang masuk ke dalam indeks FTSE ini berpotensi menjadi pertimbangan investor, terutama investor asing.
Anjloknya saham BREN juga membuat nilai kapitalisasi pasar atau market cap BREN ikut turun signifikan dari Rp 1.354,59 triliun menjadi Rp 993,36 triliun. Alhasil, saham BREN tidak lagi memimpin sebagai perusahaan dengan market cap terbesar di Bursa Saham Indonesia, melainkan posisi tersebut kini ditempati kembali oleh saham BBCA yang mempunyai market cap senilai Rp 1.164,95 triliun.
BREN yang kembali terjun menyentuh ARB ini pun turut menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga ambles kembali ke bawah level psikologis 7.000, tepatnya di 6.947. Menurut Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy, masuknya saham BREN ke papan pemantauan khusus full call auction akan semakin memberatkan IHSG.
Budi pun menyarankan BEI untuk membatalkan mekanisme FCA agar kinerja IHSG bisa kembali membaik. Menurutnya, IHSG bisa menyentuh level 6.500 jika BREN masih berada di papan pemantauan khusus, mengingat BREN memiliki kapitalisasi pasar yang besar dan mempengaruhi bobot IHSG.