[Medan | 3 Mei 2024] PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham, di tengah koreksi signifikan yang terjadi setelah publikasi laporan keuangan kuartal I-2024 pada 25 April 2024. Sebagai informasi, saham BBRI ditutup melemah 3,64% ke level Rp 4.760 per saham pada perdagangan hari Kamis (2/5/2024), dan dalam seminggu terakhir, saham BBRI sudah terkoreksi 7,12%.
Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tanggal 13 Maret 2023 lalu, BRI telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan buyback saham BBRI maksimum sebesar Rp 1,5 triliun yang prosesnya dilaksanakan dalam kurun waktu 18 bulan sejak disetujuinya buyback lewat RUPST.
Menurut Direktur Utama BRI Sunarso, buyback dilakukan untuk memberikan sinyal bahwa kondisi Perusahaan jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dipersepsikan pasar. Sementara Direktur Keuangan BRI, Viviana Dyah Ayu R.K, menyatakan bahwa fokus manajemen adalah memastikan pertumbuhan perusahaan yang lebih baik dan lebih sehat dalam jangka panjang, meskipun memerlukan koreksi-koreksi kecil di perjalanan jangka pendek.
Adapun dari segi kinerja, BBRI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 15,98 triliun di kuartal I-2024, atau naik 2,69% secara tahunan (yoy) dari setahun sebelumnya sebesar Rp 15,56 triliun. Pertumbuhan ini pun didorong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 9,68% dari Rp 32,78 triliun menjadi Rp 35,95 triliun. Kemudian, penyaluran kredit BRI juga tumbuh 10,89% menjadi sebesar Rp 1.308,65 triliun. Adapun dari jumlah tersebut, kredit UMKM tercatat sebesar Rp 1.089,41 triliun, atau menyumbang komposisi sebesar 83,28%.
Secara rinci, seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, dengan segmen mikro naik 10,51% YoY menjadi Rp 622,61 triliun, segmen konsumer naik 11,62% YoY menjadi Rp 193,96 triliun, segmen kecil dan menengah meningkat 8,06% YoY menjadi Rp 272,85 triliun dan segmen korporasi juga naik 15,10% YoY menjadi Rp 219,24 triliun. Penyaluran kredit yang meningkat ini pun berdampak terhadap meningkatnya aset BRI, yang tumbuh 9,11% menjadi sebesar Rp 1.989,07 triliun.
Meskipun mampu mendorong pertumbuhan penyaluran kredit tumbuh double digit, BRI juga nyatanya tetap mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkannya. Adapun hingga kuartal I-2024, rasio Non Performing Loan (NPL) BRI tercatat berada di kisaran 3,11%, dan rasio Loan at Risk (LAR) membaik menjadi 12,70%. Sementara dari sisi liabilities, BRI mampu menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 1.416,21 triliun atau naik 12,80% YoY. Dana murah atau Current Account Savings Account (CASA) juga masih mendominasi portofolio simpanan dengan pertumbuhan 7,80% secara YoY.
Di tengah likuiditas perbankan nasional mengecil akibat suku bunga yang tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas dan permodalan pada level yang memadai. Loan to Deposit Ratio (LDR) pada akhir Maret 2024 mencapai 83,28%, sementara Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 23,97%. Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, BRI pun diyakini masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik.