[Medan | 28 April 2025] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja gemilang pekan lalu, dengan hanya satu kali penurunan dari lima hari perdagangan.
Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, menjelaskan bahwa penguatan IHSG didorong oleh beberapa faktor positif. Salah satunya adalah sikap lebih moderat Presiden AS Donald Trump terkait perang dagang, dengan rencana menurunkan hambatan perdagangan antara AS dan China demi meredakan kekhawatiran resesi global.
Sentimen lain yang menopang pergerakan indeks adalah kenaikan harga emas dunia dan keputusan UBS Group yang meningkatkan peringkat pasar saham Indonesia menjadi overweight, seiring valuasi yang dinilai menarik.
Teguh Hidayat, Direktur Avere Investama, menilai penguatan IHSG juga didukung oleh rebound di bursa saham AS seperti Dow Jones, Nasdaq, dan S&P 500. Namun, ia melihat penguatan IHSG lebih bersifat teknikal dan terbatas.
Di sisi lain, aksi jual asing masih mendominasi, dengan net foreign sell sebesar Rp 1,15 triliun sepanjang pekan lalu. Masuknya investor institusi lokal seperti BPJS, Taspen, dan Danantara juga belum cukup kuat untuk mendorong IHSG secara signifikan.
Risiko koreksi tetap membayangi pergerakan IHSG ke depan, terutama akibat ketidakpastian global terkait negosiasi tarif dengan AS. China bahkan mengingatkan akan mengambil tindakan terhadap negara-negara yang membuat kesepakatan merugikan Negeri Tirai Bambu.
Ancaman perlambatan ekonomi global juga membesar setelah IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun 2025 menjadi 2,8%, turun 0,5% dari proyeksi awal tahun.
Dari dalam negeri, momentum pembagian dividen diperkirakan tak memberikan dorongan besar, bahkan bisa memicu tekanan jual pasca pembayaran dividen, sejalan dengan fenomena “Sell in May and Go Away”.
Ke depan, perhatian pasar akan berfokus pada laporan keuangan kuartal I-2025, baik dari emiten di Bursa Efek Indonesia maupun global, yang diperkirakan sangat mempengaruhi arah IHSG.
Teguh memperkirakan IHSG akan bergerak terbatas di rentang 6.000–6.500 hingga akhir kuartal II-2025, dengan saham sektor perbankan seperti BBTN dan BTPS yang layak diperhatikan karena valuasinya yang murah dan kinerja solid.
Sementara itu, Indy Naila dari Edvisor Provina Visindo melihat peluang volatilitas IHSG masih cukup tinggi dalam jangka pendek, dengan proyeksi pergerakan di kisaran 6.500–6.800, didukung oleh potensi penurunan suku bunga yang dapat mendorong pertumbuhan kredit.