[Medan | 21 November 2024] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami koreksi pada perdagangan Rabu (20/11/2024), ditutup melemah 0,21% ke level 7.180, meskipun Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya.
Hanya empat indeks sektoral yang berhasil mencatatkan penguatan, sementara tujuh sektor lainnya melemah. Sektor energi mencatat kenaikan terbesar dengan penguatan 0,42%, diikuti sektor keuangan yang naik 0,34%, dan sektor kesehatan yang meningkat 0,19%. Sebaliknya, sektor teknologi mencatat penurunan terdalam sebesar 1,43%, disusul sektor properti yang melemah 0,87% dan sektor barang konsumen primer yang turun 0,60%.
Sementara itu, saham-saham yang berhasil menguat dan menjadi top gainers termasuk PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang naik 4,59%, PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang menguat 4,31%, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang naik 3,37%. Sementara itu, saham-saham yang mengalami penurunan signifikan antara lain PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang turun 3,60%, PT Indosat Tbk (ISAT) (-2,86%) yang melemah 2,86%, dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang anjlok 2,70%.
IHSG masih lesu meski BI kembali menahan suku bunga acuannya kali ini. Sebagai informasi, BI telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 19 – 20 November 2024. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,25% dan suku bunga lending facility di level 6,75%.
Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka, mengungkapkan bahwa keputusan BI untuk menahan suku bunga ini dipengaruhi oleh volatilitas pasar uang yang masih tinggi, terutama dengan pelemahan rupiah di sekitar Rp15.800 per dolar AS, meskipun inflasi domestik tetap terjaga dalam kisaran 2,5% hingga 3,5%. Selain itu, aliran dana asing juga terpantau keluar dari pasar domestik. Berdasarkan data BI, sepanjang pekan kedua November 2024, arus keluar modal asing mencapai Rp7,42 triliun.
Dari sisi eksternal, pernyataan The Federal Reserve (The Fed) yang menyatakan bahwa Bank Sentral AS tidak akan terburu-buru dalam menurunkan suku bunga turut mempengaruhi sentimen pasar global. Ekspektasi terhadap penurunan Fed Funds Rate (FFR) juga semakin terbatas, terutama setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden AS.