[Medan | 10 September 2024] Pada awal September 2024, dua institusi keuangan besar, BlackRock Inc dan State Street Corp, kembali membeli saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang konstruksi bangunan.
Berdasarkan data dari Bloomberg Terminal, BlackRock membeli 17,36 juta saham WIKA pada 3 September 2024, meningkatkan kepemilikannya dari 24,85 juta menjadi 42,22 juta saham, menjadikannya sebagai pemegang saham terbesar kelima di WIKA. Di sisi lain, State Street juga membeli 5,87 juta saham WIKA pada hari yang sama, dan kembali masuk ke dalam daftar pemegang saham setelah sebelumnya melepas seluruh sahamnya pada Mei 2024, menempati posisi ketujuh.
Sementara itu, WIKA telah membukukan kontrak baru senilai Rp11,59 triliun dari Januari hingga Juli 2024, dengan kontribusi terbesar dari segmen industri, diikuti oleh infrastruktur, gedung, properti, dan EPCC. Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, menekankan bahwa pencapaian ini menunjukkan kinerja unggul di sektor infrastruktur dan EPCC, serta efisiensi dalam pengendalian biaya operasional. Beberapa proyek penting yang diperoleh WIKA hingga Juli 2024 termasuk pembangunan Jetty 1 Baru di Integrated Terminal Manggis, Bali, dan gedung BMKG InaTEWS di Jakarta dan Bali.
Dari segi keuangan, WIKA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp401,95 miliar pada semester pertama 2024, berbalik dari rugi bersih Rp1,88 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keuntungan dari restrukturisasi pinjaman senilai Rp3,94 triliun dan pemulihan penurunan nilai sebesar Rp361,19 miliar.
Pada semester pertama 2024, WIKA mencatat pendapatan bersih sebesar Rp7,53 triliun, turun 18,58% dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagian besar pendapatan berasal dari segmen infrastruktur dan gedung sebesar Rp3,46 triliun, serta industri sebesar Rp2,29 triliun. Beban pokok pendapatan WIKA juga turun 18,71% menjadi Rp6,88 triliun, menghasilkan laba kotor sebesar Rp645,52 miliar, lebih rendah dibandingkan Rp779,03 miliar pada tahun sebelumnya.