[Medan | 5 Desember 2025] Perusahaan investasi global BlackRock terus meningkatkan kepemilikan sahamnya di PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), dua emiten energi milik konglomerat Hapsoro yang mencatatkan kinerja saham luar biasa sepanjang 2025.
Saham RAJA ditutup pada level Rp6.600 pada perdagangan Rabu (3/12), melonjak 130,77% sejak awal tahun. Sementara itu, saham RATU yang resmi melantai di bursa pada 8 Januari 2025 telah meningkat lebih dari 700%, menjadikannya salah satu saham multibagger paling mencolok tahun ini.
Data Terminal Bloomberg mencatat BlackRock mulai mengoleksi saham RAJA pada November 2025 sejumlah 1,57 juta lembar, dan meningkat menjadi 1,62 juta lembar per Desember 2025. Rata-rata cost basis per share berada pada Rp4.856,42.
Fenomena serupa terjadi pada saham RATU, di mana BlackRock mulai masuk sejak Agustus 2025 dengan koleksi awal 1,21 juta lembar, dan meningkat menjadi 1,43 juta lembar per Desember 2025. Dengan jumlah tersebut, BlackRock langsung menempati posisi kedua pemegang saham terbesar RATU, dengan rata-rata biaya per saham sebesar Rp7.231,01.
Kinerja Keuangan RAJA dan RATU Solid
Seiring dengan penguatan harga saham, kinerja operasional kedua emiten juga menunjukkan perbaikan. RAJA mencatat pendapatan US$196 juta pada kuartal III/2025, atau setara Rp3,26 triliun, meningkat dari US$189,7 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan didominasi oleh segmen penjualan gas sebesar US$106,40 juta, disusul lift minyak dan gas US$37,61 juta, jasa penyaluran minyak US$25,75 juta, serta operasi dan pemeliharaan US$4,90 juta.
Beban pokok pendapatan RAJA tercatat US$139,76 juta, sedikit meningkat dari US$138,24 juta. Laba bersih turun menjadi US$17,75 juta dari US$19,37 juta pada kuartal III/2024, penurunan yang dipengaruhi divestasi sebagian kepemilikan RAJA di RATU saat proses IPO pada awal tahun 2025 sebagai strategi memperkuat struktur permodalan dan fokus bisnis inti.
Di sisi lain, RATU membukukan laba bersih US$11,8 juta atau Rp196,49 miliar, meningkat 28,4% YoY, meski pendapatan turun 13% YoY menjadi US$37,6 juta akibat penurunan volume lift migas dan harga jual rata-rata. Beban pokok penjualan ikut menurun 32% YoY menjadi US$19,1 juta seiring berkurangnya aktivitas eksplorasi pasca penyelesaian komitmen operator di 2024.
EBITDA RATU naik 4,8% YoY menjadi US$23,7 juta. Aset total hingga 30 September 2025 meningkat menjadi US$66,3 juta, sementara liabilitas turun menjadi US$20,4 juta dan ekuitas menguat menjadi US$45,8 juta, terutama berkat tambahan modal dari IPO.
Rekomendasi Analis
Samuel Sekuritas dalam riset terbaru memberikan rekomendasi speculative buy untuk RATU dengan target harga Rp20.000. Rekomendasi ini didorong rencana ekspansi agresif, termasuk tujuh agenda akuisisi dengan nilai transaksi potensial US$10 juta hingga US$150 juta dalam tiga tahun ke depan. Dua akuisisi ditargetkan rampung pada semester I/2026.
Prospek pertumbuhan RATU juga ditopang sinergi strategis dengan Grup Barito milik Prajogo Pangestu serta dukungan struktur manajemen baru yang memiliki keterkaitan dengan grup tersebut. Hubungan kepemilikan silang antara Prajogo melalui PRTO dan Happy Hapsoro melalui RAJA dan RATU dinilai membuka peluang penguatan integrasi operasional.

