[Medan | 26 Mei 2025] Perdagangan pasar keuangan pada pekan ini akan berlangsung singkat, mengingat hanya terdapat tiga hari kerja aktif sebelum kembali memasuki libur panjang dalam rangka peringatan Kenaikan Isa Almasih.
Dalam periode perdagangan yang singkat ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona resistance, yang berpotensi mendorong aksi ambil untung jangka pendek, apalagi setelah mencatatkan kenaikan lebih dari 10% selama sebulan terakhir. Secara teknikal, IHSG kini sedang menguji resistance Moving Average 200 harian. Apabila gagal menembus level 7.300, ada kemungkinan terjadi pembalikan arah menuju area support terdekat di kisaran 6.900–7.000.
Sepanjang pekan lalu, berbagai sentimen positif mengangkat optimisme pasar dan menutup perdagangan dengan nuansa positif. Beberapa faktor pendukung di antaranya: kembali masuknya investor asing dengan mencatatkan net buy sebesar Rp5 triliun di pasar reguler dalam sebulan, penguatan tajam nilai tukar Rupiah ke kisaran Rp16.200/US$, langkah strategis Danantara dalam menyehatkan ekosistem BUMN, serta keputusan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan.
Di kawasan regional, Bank Sentral Tiongkok dan Australia juga turut menurunkan suku bunga mereka, memberikan tambahan sentimen positif yang diperkirakan masih akan berlanjut pekan ini. Selain itu, JP Morgan dalam laporan terbarunya tertanggal 19 Mei 2025 mengubah rekomendasi terhadap pasar saham negara berkembang dari Netral menjadi Overweight, memberikan dorongan optimisme lanjutan.
Meskipun begitu, pasar tetap dihadapkan pada potensi volatilitas, terutama setelah pernyataan kontroversial dari Donald Trump di akhir pekan. Ia kembali melontarkan ancaman tarif impor hingga 50% terhadap produk dari Uni Eropa karena kebuntuan negosiasi, serta tarif 25% untuk produk dari Apple dan Samsung.
Di sisi lain, pasar obligasi AS mengalami tekanan jual yang cukup besar. Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun meningkat hingga menyentuh di atas 4,5%, sementara tenor 30 tahun sempat menyentuh 5,15% secara intraday pada 22 Mei, level tertinggi sejak Oktober 2023.
Sementara itu, Jepang, sebagai pemegang terbesar surat utang AS, juga tengah menghadapi tekanan domestik, khususnya dari inflasi yang meningkat dan tren kenaikan suku bunga. Kebijakan moneter dan fiskal Jepang yang bertolak belakang dengan negara lain berisiko mendorong terjadinya carry trade reversal, dan bisa saja Jepang melepas sebagian kepemilikan US Treasury untuk menstabilkan kondisi ekonomi dalam negerinya.
Tak kalah penting, Tiongkok yang sebelumnya menjadi pemegang terbesar kedua surat utang AS juga tercatat telah melakukan penjualan besar-besaran dan kini posisinya turun ke peringkat ketiga. Kondisi ini menjadi risiko tambahan yang patut diwaspadai oleh pelaku pasar.
Dari sisi data, beberapa rilis penting akan dinanti. Secara eksternal, risalah rapat Federal Reserve (FOMC Minutes) dijadwalkan keluar pada 29 Mei waktu Indonesia. Sayangnya, saat itu pasar domestik sudah tutup karena libur, sehingga kemungkinan baru akan direspons setelah libur panjang. Jika isi notulen menunjukkan nada yang lebih hawkish, pasar bisa merespons negatif, terlebih karena investor cenderung bersikap hati-hati dan wait and see saat ketidakpastian meningkat, sehingga volatilitas bisa meninggi.
Dari dalam negeri, ada potensi sentimen positif dari pengumuman paket insentif ekonomi kuartal II-2025 yang dirancang untuk menjaga daya beli masyarakat serta mendorong pertumbuhan konsumsi selama libur sekolah di bulan Juni–Juli. Pemerintah telah menyiapkan enam paket stimulus yang berfokus pada sektor transportasi, energi, serta program bantuan sosial.
Meskipun didukung oleh sejumlah sentimen positif dari dalam negeri, seperti stimulus fiskal, penguatan rupiah, dan arus dana asing, pelaku pasar tetap harus mengantisipasi tekanan eksternal dan risiko teknikal. Posisi IHSG yang berada di resistance serta waktu perdagangan yang terbatas karena libur panjang, berpotensi mendorong terjadinya koreksi sehat. Mengingat penyelesaian transaksi membutuhkan waktu T+2, perdagangan hari Senin, 26 Mei 2025, akan menjadi momen penting dalam menentukan arah penutupan IHSG di akhir bulan Mei.