[Medan | 13 November 2025] Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara berencana mendanai proyek peternakan unggas terpadu senilai Rp20 triliun yang akan mulai berjalan pada Januari 2026, bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan).
Proyek berskala nasional ini akan difokuskan pada wilayah dengan pasokan ayam dan telur yang masih terbatas, guna mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Menurut riset BRI Danareksa Sekuritas, pengembangan sistem peternakan terpadu ini ditujukan untuk meningkatkan produksi ayam dan telur secara berkelanjutan, serta menjaga stabilitas harga di pasar sebagai antisipasi potensi kekurangan pasokan protein di masa depan.
Kementan memperkirakan, pelaksanaan program MBG akan membutuhkan sekitar 700 ribu ton telur dan 1,1 juta ton daging ayam broiler. Jumlah tersebut hampir tiga kali lipat dari estimasi kebutuhan BRI Danareksa untuk tahun fiskal 2026, yakni sekitar 365 juta kilogram daging ayam, dengan asumsi program MBG telah berjalan penuh sejak awal tahun.
Dampak bagi Sektor Unggas
Meski proyek Danantara masih dalam tahap awal, analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dan Wilastita Muthia Sofi menilai langkah ini dapat membawa implikasi besar bagi sektor unggas, terutama segmen ayam pedaging.
Jika Danantara hanya berfokus pada sisi hilir (peternakan komersial), pengaruh terhadap keseimbangan pasokan dan permintaan ayam diperkirakan masih terbatas. Namun, potensi tekanan terhadap margin para pemain eksisting tetap ada, karena segmen tersebut berkontribusi 1%–6% terhadap laba operasional emiten unggas yang sudah ada.
Sebaliknya, jika Danantara mengembangkan model terintegrasi penuh — mulai dari pembibitan hingga distribusi — proyek ini berpotensi menjadi pesaing besar bagi integrator mapan, mengingat besarnya dana investasi serta kemudahan akses perizinan yang dimiliki.
“Kendati demikian, implementasi proyek sebesar ini akan membutuhkan waktu sekitar dua tahun serta eksekusi yang kuat untuk mengelola pendanaan secara efektif. Sebagai perbandingan, para integrator unggas yang kami pantau mengalokasikan belanja modal sekitar Rp19,6 triliun dalam lima tahun terakhir (2020–2024),” tulis Victor dan Wilastita dalam riset tertanggal 11 November 2025.
Rekomendasi Saham Unggas
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor unggas, dengan prospek jangka pendek yang masih positif seiring membaiknya keseimbangan pasokan dan permintaan.
Saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) masih menjadi pilihan utama dengan rekomendasi buy dan target harga Rp6.400 per saham.
Menurut analis, valuasi CPIN saat ini masih berada di bawah rata-rata lima tahun terakhir atau sekitar –1,5 standar deviasi, sehingga menawarkan potensi kenaikan menarik.
Katalis positif jangka pendek bagi sektor ini datang dari pemulihan harga ayam hidup (live bird/LB) yang mulai stabil di pasar. Namun, investor tetap perlu mencermati risiko pelemahan daya beli masyarakat dan fluktuasi harga bahan baku pakan yang dapat menekan margin produsen.

