[Medan | 7 Oktober 2025] Presiden RI Prabowo Subianto menyaksikan langsung penyerahan enam unit smelter hasil rampasan negara dari kasus tambang ilegal kepada PT Timah Tbk (TINS) di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Senin (6/10/2025). Penyerahan aset dilakukan berjenjang, mulai dari Jaksa Agung kepada Wakil Menteri Keuangan, diteruskan kepada CEO Danantara, dan akhirnya diserahkan kepada Direktur Utama PT Timah Tbk, Restu Widiyantoro.
Enam smelter tersebut merupakan bagian dari aset rampasan senilai sekitar Rp6–7 triliun, yang juga mencakup logam timah, alat berat, lahan tambang, dan uang tunai. Pemerintah berharap penyerahan ini menjadi langkah besar dalam memulihkan kerugian negara akibat praktik tambang ilegal yang selama ini merugikan hingga Rp300 triliun.
Tambahan enam smelter ini menjadi momentum penting bagi PT Timah. Selama ini, kapasitas pemurnian dan produksi perseroan terbatas karena tingginya aktivitas tambang ilegal yang menggerus bahan baku. Dengan aset baru ini, TINS berpeluang meningkatkan volume produksi, memperluas penguasaan pasokan timah nasional, dan memperbaiki efisiensi rantai pasok.
Dari sisi pasar, investor menilai langkah ini sebagai katalis positif jangka menengah bagi saham TINS. Enam smelter baru dinilai dapat memperkuat fundamental perusahaan dan menambah potensi pendapatan di tengah tren harga timah global yang mulai pulih.
Saat ini saham TINS masih dalam status suspensi di level Rp2.260 setelah mencatat kenaikan lebih dari 100 persen dalam sebulan terakhir. Sejak 8 September 2025, saham ini telah melesat 107 persen dari Rp1.090, sementara secara tahunan naik lebih dari 108 persen. Dengan tambahan kapasitas produksi dan pengelolaan aset rampasan negara, TINS berpotensi melanjutkan tren penguatan setelah suspensi dibuka, seiring meningkatnya optimisme terhadap prospek bisnis dan valuasi perusahaan.