[Medan | 1 April 2024] PT Timah Tbk (TINS), badan usaha milik negara yang bergerak di bidang pertambangan timah ini akhirnya merilis laporan kinerja 2023 di tengah skandal korupsi terkkait komoditas timah yang melibatkan sejumlah nama, mulai dari suami Sandra Dewi yaitu Harvey Moeis, hingga crazy rich Helena Lim.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, TINS mengalami kerugian pada akhir tahun 2023 sebesar Rp 449,67 miliar, berbanding terbalik dengan laba yang dicatatkan pada tahun 2022 sebesar Rp 1,041 triliun. Kerugian perseroan ini pun didorong oleh pendapatan perusahaan yang tercatat menurun sebesar 32,89% dari Rp 12,5 triliun menjadi Rp 8,39 triliun.
Secara rinci, segmen pertambangan timah berkontribusi sebesar Rp 8,36 triliun, diikuti oleh segmen pertambangan batubara yang berkontribusi sebesar Rp1,05 triliun, dan segmen industri sebesar Rp 962,22 miliar. Kemudian, pendapatan segmen konstruksi berkontribusi sebesar Rp 307,5 miliar, dan segmen lainnya sebesar Rp 441,79 miliar.
Sementara itu, TINS mencatatkan produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau 74% pada akhir tahun 2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.079 ton. Adapun, produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau 77% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19.825 metrik ton, serta penjualan logam timah sebesar 14.385 metrik ton atau 69% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.805 metrik ton. Harga jual rerata logam timah juga tercatat sebesar US$26.583 per metrik ton atau lebih rendah 84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD31.474 per metrik ton.
Manajemen TINS sendiri menjelaskan bahwa lambatnya pemulihan perekonomian global dan domestik, serta tekanan harga logam timah dunia di tahun 2023 akibat penguatan mata uang AS dan lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022, sehingga berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan di tahun 2023.
Di sisi lain, total aset perusahaan pada akhir tahun 2023 turun menjadi Rp 12,85 triliun dari Rp 13,06 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, liabilitas perusahaan meningkat menjadi Rp 6,61 triliun dari Rp 6,02 triliun, sementara ekuitas perusahaan mengalami penurunan menjadi Rp 6,24 triliun dari Rp 7,04 triliun.