Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengumumkan rencana untuk menggabungkan atau memerger 3 BUMN yang bergerak di sektor penerbangan menjadi satu. Adapun, BUMN tersebut adalah Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air. Penggabungan ini pun dilakukan demi efisiensi.
Sebagai informasi, Citilink Indonesia merupakan anak usaha Garuda Indonesia di segmen Low-Cost Carrier (LCC). Sementara Pelita Air adalah entitas usaha PT Pertamina (Persero) di sektor penerbangan. Menurut Wakil Menteri BUMN I Kartika Wirjoatmodjo, Pelita Air nantinya akan masuk dalam bagian keluar besar Garuda Indonesia dengan bergabung PT Citilink Indonesia.
Nantinya, jika rencana penggabungan ini berhasil dieksekusi, Citilink akan tetap difokuskan untuk menggarap pasar LCC, sementara Pelita Air dapat merambah pangsa pasar medium to premium dan Garuda Indonesia di kelas premium. Adapun setelah pengumuman merger ini, saham Garuda Indonesia (GIAA) naik 6 poin atau 8,96% ke level Rp 73 per saham, dengan volume perdagangan tercatat 331,88 juta saham, frekuensi 4.154 kali dan turnover Rp 23,58 miliar. Kapitalisasi pasar Garuda Indonesia juga tercatat sebesar Rp 6,68 triliun.
Sementara itu, per semester I 2023, GIAA membukukan rugi bersih senilai US$ 76,5 juta. Perolehan rugi ini berbalik dari laba bersih senilai US$ 3,76 miliar pada semester I 2022. Rugi bersih ini pun sebagian besarnya disebabkan oleh rugi sebelum pajak senilai USD 109,56 juta atau setara Rp 1,65 triliun. Meskipun begitu, GIAA berhasil membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar 58,96% menjadi US$ 1,39 miliar.