[Medan | 25 September 2025] Berbeda dengan fenomena IPO PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang sempat menahan auto reject atas (ARA) hingga 11 kali beruntun, saham PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) justru langsung tertekan di hari kedua perdagangan.
Setelah melesat penuh pada debut Selasa (23/9), saham EMAS gagal mempertahankan momentum dan ditutup naik tipis 2,08 persen di level Rp3.640 per lembar pada Rabu (24/9/2025). Nilai transaksi tercatat jumbo mencapai Rp2,31 triliun, meski sempat menyentuh ARA 25 persen di awal sesi.
Analis pasar modal Michael Yeoh menilai aksi jual besar dari salah satu underwriter sejak hari pertama listing menjadi pemicu tekanan. Transaksi jumbo sekitar Rp100 miliar di hari debut disebut memicu aksi ambil untung dini sehingga menekan psikologis investor. Ia mengingatkan potensi risiko tinggi untuk mengoleksi kembali saham EMAS dalam waktu dekat karena valuasi sudah melonjak tajam, sementara area demand dari pasar belum terbentuk solid.
Antusiasme investor terhadap IPO EMAS sejatinya sangat besar. Penawaran saham ini oversubscribed 4,62 kali dengan total pemesanan 7,48 miliar saham dari 1,61 miliar saham yang ditawarkan. Sebanyak 406.231 investor ikut serta, menjadikannya salah satu IPO paling ramai tahun ini. Dengan harga penawaran Rp2.880 per saham, EMAS meraup dana segar maksimal Rp4,88 triliun dan mencatat kapitalisasi pasar Rp46,59 triliun pada hari perdana.
Meski masih membukukan rugi bersih USD9,21 juta per kuartal I/2025, EMAS mengandalkan prospek tambang Pani di Pohuwato, Gorontalo, yang memiliki cadangan 7 juta ounce emas dan umur tambang hingga 2041. Proyek ini diproyeksikan menjadi salah satu yang terbesar di Asia Pasifik, dengan kapasitas produksi puncak 500 ribu ounce per tahun pada 2033. Harapan semakin tinggi seiring proyeksi kenaikan harga emas global yang bisa menembus USD3.729 per ounce pada 2029.
Meskipun prospek jangka panjangnya menjanjikan, perjalanan EMAS di bursa sejak awal menunjukkan bahwa reli IPO tidak selalu berlanjut seperti kasus CDIA. Pasar akan menilai konsistensi fundamental dan strategi eksekusi, bukan sekadar euforia debut.