[Medan | 6 Agustus 2024] Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), perusahaan induk yang bergerak dibidang teknologi digital ini terpantau kembali anjlok dan sempat berada di level gocap alias Rp 50 per saham pada perdagangan hari Senin (5/8/2024), sebelum akhirnya ditutup menguat tipis di Rp 51 per saham.
Sebelumnya, dalam paparan kinerja kuartal II-2024 perusahaan, manajemen GOTO mengungkapkan bahwa GoFood saat ini bermitra dengan TikTok di Indonesia untuk uji coba fitur pengiriman layanan lokal TikTok. Kerjasama ini diproyeksikan akan membawa dampak positif bagi GOTO.
TikTok dapat memperoleh manfaat dari ekosistem bisnis pengiriman makanan GoTo, pengetahuan pasar lokal, dan skala operasional, sementara GoTo dapat memanfaatkan 125 juta pengguna aktif TikTok per 23 November 2023, algoritma canggih untuk personalisasi, dan ekosistem kontennya.
Di sisi lain, meski masih membukukan rugi bersih, kinerja keuangan GOTO pada semester pertama 2024 menunjukkan perbaikan. Pada semester I-2024, GOTO mencatat rugi bersih Rp 2,70 triliun, turun 62,31% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 7,16 triliun.
Penurunan rugi ini didorong oleh pendapatan bersih perusahaan yang tercatat sebesar Rp 7,14 triliun hingga Juni 2024, meningkat 12,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 6,88 triliun. Secara rinci, pendapatan terbesar berasal dari pendapatan imbalan jasa sebesar Rp 2,93 triliun atau 38% dari total pendapatan bersih.
Segmen dengan pertumbuhan tertinggi adalah pendapatan jasa pinjaman dari GoTo Financial (GTF), yang meningkat 662% menjadi Rp 667 miliar dari Rp 88 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan dari jasa pengiriman (delivery service) juga naik 174% menjadi Rp 2,66 triliun dari Rp 972 miliar. Selain itu, GOTO juga memperoleh e-commerce service fee dari transaksi Tokopedia sebesar Rp 267 miliar di Juni 2024, setelah investasi TikTok di Tokopedia pada akhir Januari 2024.
Secara kuartalan, Q2-2024 dibandingkan Q2-2023, nilai transaksi bruto (GTV) inti grup naik 54% YoY mencapai Rp 63,2 triliun, dan GTV grup naik 26% mencapai Rp 121,5 triliun. Pendapatan bruto khusus di Q2-2024 naik 39% YoY menjadi Rp 4,3 triliun, dan kerugian EBITDA Grup yang disesuaikan membaik sebesar 95% YoY mencapai Rp 48 miliar. Kinerja ini ditopang oleh pertumbuhan pengguna layanan hemat dari On-Demand Services (ODS atau Gojek), peningkatan penggunaan GoPay, pertumbuhan pinjaman, serta pengelolaan beban usaha yang disiplin.
Perseroan juga berhasil menurunkan beban penjualan dan pemasaran sebesar 56,1% menjadi Rp 1,45 triliun dari Rp 3,30 triliun. Total biaya dan beban perseroan turun 27,2% menjadi Rp 9,47 triliun dari Rp 12,99 triliun, menekan rugi operasional sebesar 72% YoY menjadi Rp 1,73 triliun dari Rp 6,11 triliun. Beban yang menurun dan pendapatan bersih yang meningkat pun memungkinkan GOTO memangkas rugi bersih atribusi entitas induk sebesar 62,3% menjadi Rp 2,7 triliun dari Rp 7,16 triliun.
Rugi bersih yang terus menurun setiap tahunnya ini pun menjadi tanda bahwa kinerja GOTO sendiri sudah mulai menunjukkan perbaikan. Bahkan, jika GOTO berhasil membalikkan rugi menjadi laba bersih, harga saham GOTO berpotensi meningkat dan kembali ke harga IPO. Selain itu, saham GOTO juga bisa diuntungkan dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September mendatang, karena investor cenderung menghindari saham teknologi saat suku bunga naik, sehingga pemangkasan suku bunga akan menguntungkan saham GOTO.