[Medan | 17 Oktober 2025] Tren penurunan harga saham bank-bank berkapitalisasi besar (big banks) justru dimanfaatkan oleh institusi lokal, termasuk BPJS Ketenagakerjaan, untuk menambah kepemilikan saham.
Data KSEI menunjukkan akumulasi terbesar oleh dana pensiun lokal terjadi di PT Bank Central Asia Tbk (BCA), naik 21,65% YoY menjadi 328,5 juta saham per September 2025. Sementara di PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), akumulasi saham institusi lokal naik 15,4% YoY, berbanding terbalik dengan penurunan kepemilikan asing sebesar 9,95% YoY.
Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan, Edwin Ridwan, menjelaskan pihaknya masih menambah porsi alokasi di saham, terutama bank besar, karena harga saat ini sedang tren turun. “Dengan harga saham perbankan yang sedang turun, kami melihat ini sebagai kesempatan yang baik,” kata Edwin. Saat ini, portofolio saham BPJS mencapai sekitar 10% dari total aset kelolaan Rp 865 triliun, setara Rp 86,5 triliun.
Menurut Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, aksi beli BPJS membantu menahan koreksi saham big banks agar tidak jatuh lebih dalam. Misalnya, BCA turun 24,55% sepanjang 2025 ke level Rp 7.300 per saham, sementara BNI turun sekitar 11,49%. BPJS Ketenagakerjaan memiliki kapasitas dana besar dan horizon investasi jangka panjang, sehingga pembelian saham bank bersifat strategis, bukan spekulatif.
Kepala Riset RHB Sekuritas, Andrey Wijaya, menambahkan meski BPJS masuk, saham perbankan masih membutuhkan partisipasi investor asing agar harga bisa rally. Strategi BPJS lebih berfokus pada jangka panjang, dengan potensi rebound saham perbankan yang memiliki fundamental kuat.
Untuk saham big banks, Andrey merekomendasikan BCA dengan target Rp 10.260 per saham dan BRI dengan target Rp 4.300 per saham, melihat valuasi saat ini relatif murah dan menarik.