[Medan | 25 Oktober 2023] Pada awal perang Israel-Hamas, harga minyak mentah global hampir mencapai angka US$ 100 per barel, atau lebih tepatnya US$ 96,55 per barel. Bahkan, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa harga minyak mentah bisa melonjak hingga mencapai US$ 150 per barel apabila konflik di Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas terus berlanjut atau bahkan semakin meluas.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent pada perdagangan hari Selasa pagi (24/10/2023) tercatat meningkat 70 sen atau 0,8%, ke level US$ 90,53 per barel, dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS tercatat meningkat 71 sen atau 0,8%, menjadi US$ 86,20 per barel. Kenaikan ini terjadi karena investor masih mengkhawatirkan potensi eskalasi konflik Israel-Hamas menjadi konflik yang lebih luas, yang berpotensi mengganggu pasokan minyak dunia.
Kenaikan harga minyak ini juga berpotensi meningkatkan inflasi, yang pada akhirnya dapat mengarah pada suku bunga yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi global yang tertahan. Bank Sentral AS atau The Fed sendiri pun mengindikasikan masih akan menaikkan suku bunganya sekali lagi dalam tahun ini, dan suku bunga pun diproyeksikan masih akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak ini diperkirakan dapat menjadi berkah bagi sejumlah emiten yang bergerak di industri minyak dan gas, seperti salah satunya adalah PT Elnusa Tbk (ELSA). Adapun pada perdagangan hari Selasa (24/10/2023), saham ELSA ditutup melemah 0,49% ke level Rp 408 per saham. Selain ELSA, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, juga merekomendasikan sejumlah saham lain seperti PGAS, ADRO, AKRA, INCO, dan PTBA untuk dipertimbangkan di tengah kenaikan harga minyak dunia.
Baca Juga Ulasan Saham ELSA disini!