[Medan | 24 Januari 2024] Harga nikel terpantau sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan sejak satu tahun terakhir, dan diproyeksikan masih akan tertekan di tahun 2024 ini, mengingat terjadinya kelebihan produksi alias oversupply, serta imbas dari pelemahan ekonomi global dan gejolak geopolitik yang sedang memanas saat ini.
Menurut proyeksi Bank Dunia atau World Bank, harga nikel berpotensi turun 10% secara year-on-year (YoY), dan berada di kisaran US$ 20.000 per ton pada tahun ini. Adapun faktor-faktor seperti melimpahnya produksi di Indonesia dan Filipina, dua produsen nikel terbesar di dunia, menjadi salah satu pemicu utama penurunan harga nikel ini.
Sejalan dengan itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan juga menilai bahwa harga nikel kemungkinan sulit untuk kembali ke harga puncaknya di level US$ 30.000 per ton pada tahun ini, karena naiknya produksi nikel Indonesia menghambat pergerakan harga nikel. Adapun Mirae Asset memperkirakan rata-rata harga nikel London Metal Exchange (LME) tahun ini dan tahun 2025 akan bergerak di rentang US$ 15.000 dan US$ 18.000 per ton.
Seiring dengan penurunan harga nikel, harga saham emiten di sektor ini juga turut tertekan. Adapun saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang melemah 2,13% ke level Rp 1.610 per saham pada perdagangan hari Selasa (23/1/2024). Kemudian Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) melemah 1,56% ke level Rp 945 per saham, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang anjlok hingga 2,48% ke level Rp 3.940 per saham dan saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) juga anjlok 4,35% ke level Rp 660 per saham.
Baca Juga: Rebalancing LQ45 Makin Dekat, Ini Deretan Saham yang Punya Peluang Masuk!