[Medan | 12 September 2025] Tekanan pada harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih berlanjut meskipun dalam dua hari terakhir terlihat adanya penguatan tipis.
Pada akhir perdagangan Kamis (11/9/2025), saham BBCA ditutup naik 0,64% ke level Rp 7.850 per saham setelah sempat menyentuh Rp 7.950 dari pembukaan di Rp 7.900. Meskipun begitu, sejak awal tahun harga BBCA sudah terkoreksi 18,86% hingga 20,71% dan menjadi salah satu yang terdalam di antara big banks.
Jika menilik historis, level tersebut mendekati harga BBCA ketika stock split pada 2021 yang berada di Rp 7.350 per saham. Bahkan, beberapa hari lalu, tepatnya 9 September 2025, BBCA sempat menyentuh level terendah tahun ini di Rp 7.525 per saham.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, menilai saham BBCA berada di posisi undervalued. Ia menilai secara fundamental BBCA tetap solid dan memiliki potensi pemulihan harga yang besar, apalagi dengan dukungan kebijakan fiskal pemerintah yang baru saja mengalirkan likuiditas ke sektor perbankan. Menurutnya, BBCA bisa mempertimbangkan aksi buyback untuk memperkuat sentimen pasar mengingat harga saat ini berada di bawah Rp 8.000.
Namun, pihak manajemen BCA menegaskan bahwa hingga kini belum ada rencana melakukan buyback dalam waktu dekat. SVP Investor Relations BCA, Rudy Budiardjo, menyebut perseroan masih menyerahkan pergerakan harga pada mekanisme pasar. Ia mengingatkan bahwa buyback pernah dilakukan pada April 2025 ketika harga sempat turun ke Rp 7.775 per saham, level terendah kala itu.
Wakil Direktur Utama BCA, John Kosasih, menambahkan bahwa volatilitas harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh keluarnya investor asing, sementara kondisi fundamental perseroan tetap terjaga. Ia menegaskan neraca keuangan, likuiditas, dan permodalan BCA berada di tingkat yang sangat memadai untuk menopang ekspansi bisnis. Dari sisi kualitas kredit, Non-Performing Loan (NPL) tercatat di 2,2% dengan Loan at Risk (LaR) sebesar 5,7%. Profitabilitas juga terus mencatat pertumbuhan positif hingga paruh pertama 2025.
Dengan fundamental yang kuat, peluang pemulihan harga BBCA tetap terbuka. Jika manajemen memutuskan untuk melakukan buyback, langkah tersebut dapat menjadi katalis tambahan untuk menekan tekanan jual asing dan mendorong harga kembali ke level fundamentalnya.