[Medan | 4 Februari 2025]Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan signifikan pada perdagangan Senin (3/2/2025), dengan ditutup turun 1,11% ke level 7.030, mendekati batas psikologis 7.000.
Sebagian besar sektor mencatatkan penurunan, dengan sektor kesehatan memimpin pelemahan sebesar 2,68%, diikuti oleh sektor barang baku yang turun 1,76%, sektor properti dan real estate 1,75%, serta sektor barang konsumer non-primer 1,57%. Hanya sektor teknologi yang berhasil menguat 1,90%.
Pelemahan IHSG terjadi di tengah sentimen negatif dari Amerika Serikat, di mana Presiden Donald Trump akhirnya menerapkan kenaikan tarif impor yang telah lama direncanakan terhadap barang dari Kanada, Meksiko, dan China. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada Selasa. Pada Sabtu sebelumnya, Trump menandatangani perintah pengenaan tarif 25% untuk impor dari Meksiko dan Kanada, serta tambahan bea masuk 10% untuk produk China.
Keputusan ini langsung mendapat reaksi dari negara-negara yang terdampak. Pemerintah China mengecam langkah tersebut, meskipun tetap membuka peluang untuk negosiasi dengan AS. Sementara itu, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengumumkan kebijakan pembalasan dengan tarif 25% terhadap barang-barang AS, mencakup berbagai produk mulai dari minuman hingga peralatan. Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, juga merespons dengan kebijakan serupa, meskipun menegaskan bahwa Meksiko lebih memilih dialog dibandingkan konfrontasi.
Penerapan tarif ini meningkatkan risiko perang dagang yang lebih besar dibandingkan periode pertama pemerintahan Trump pada 2017-2021. Jika eskalasi terus berlanjut, gejolak di pasar keuangan global dapat semakin meningkat, yang berpotensi menekan pasar keuangan Indonesia, termasuk IHSG.
Di dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekonomi Indonesia mengalami deflasi pada Januari 2025, setelah mencatat inflasi sejak Oktober hingga Desember 2024. Deflasi ini merupakan yang pertama pada 2025 setelah terakhir terjadi pada September 2024. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang utama deflasi, dengan kontribusi 9,16%, di mana tarif listrik berkontribusi sebesar 1,47%.