[Medan | 7 Oktober 2024] Pada akhir perdagangan Jumat (4/10/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sebesar 0,63% dan ditutup di level 7.496. Pelemahan ini dipicu oleh memburuknya sentimen pasar global setelah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menunjukkan perbaikan, memicu kekhawatiran bahwa pemangkasan suku bunga The Fed mungkin tertunda. Selain itu, ketegangan yang semakin meningkat di Timur Tengah turut menambah tekanan pada pasar saham.
Data tenaga kerja AS yang dirilis baru-baru ini menunjukkan adanya peningkatan klaim pengangguran mingguan sebanyak 6.000 menjadi 225.000 untuk pekan yang berakhir 28 September 2024, lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang memperkirakan 220.000 klaim. Meskipun klaim yang belum disesuaikan turun sedikit, angkanya masih lebih rendah dari penurunan yang diharapkan, yang menyebabkan peningkatan klaim yang disesuaikan secara musiman.
Data ini menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih stabil, didukung oleh rendahnya angka PHK. Hal ini membuat pelaku pasar memperkirakan bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan melanjutkan kebijakan pemangkasan suku bunga, tetapi secara bertahap. Chairman The Fed, Jerome Powell, sebelumnya mengisyaratkan bahwa pemangkasan suku bunga akan berlangsung hingga akhir tahun, tetapi tidak akan agresif. Pasar berharap The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada November dan Desember, namun Powell menyatakan bahwa pemangkasan kemungkinan tidak akan sebesar itu.
Perangkat CME FedWatch menunjukkan bahwa sekitar 47,9% pelaku pasar memperkirakan suku bunga The Fed akan berada di kisaran 4,00-4,25% pada Desember 2024, yang berarti ekspektasi pemangkasan sebesar 75 bps.
Selain itu, pasar juga tertekan oleh meningkatnya risiko geopolitik akibat ketegangan antara Iran dan Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji bahwa Iran akan “membayar mahal” atas serangan misil yang diluncurkan terhadap Israel pada 1 Oktober 2024. Di sisi lain, Iran memperingatkan bahwa setiap tindakan balasan dari Israel akan disambut dengan “kehancuran besar,” meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya konflik yang lebih luas di Timur Tengah.