[Medan | 20 Desember 2024] IHSG mencatat penurunan tajam pada perdagangan Kamis (19/12/2024), ditutup melemah 1,84% ke level 6.977. Indeks ini kembali turun ke level psikologis 6.900, yang terakhir kali dicapai pada 27 Juni 2024.
Seluruh sektor ikut melemah, dengan sektor barang baku mencatat penurunan terdalam sebesar 3,63%, diikuti sektor kesehatan (-2,63%), energi (-2,49%), barang konsumsi nonprimer (-2,41%), teknologi (-1,88%), dan keuangan (-1,84%). Sektor perindustrian turun 1,74%, barang konsumsi primer 1,63%, properti dan real estat 1,62%, infrastruktur 1,05%, serta transportasi dan logistik yang melemah 0,38%.
Menurut Senior Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia, penurunan IHSG dipengaruhi oleh hasil pertemuan The Fed yang dinilai hawkish. The Fed mengakhiri tahun 2024 dengan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), sehingga kisaran suku bunga acuan berada di 4,25-4,50%.
Namun, Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan rencana pemangkasan suku bunga pada 2025 hanya sebanyak dua kali, dengan syarat inflasi menunjukkan penurunan lebih signifikan. Powell juga mempertimbangkan dampak ekonomi di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 17 – 18 Desember 2024. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,25% dan suku bunga lending facility di level 6,75%.
Secara domestik, beberapa indikator ekonomi menunjukkan perlambatan, terutama dalam pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang menjadi kontributor utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, tingkat inflasi pada November 2024 turun ke 1,55% secara tahunan, dan mencapai titik terendahnya sejak April 2021. Angka ini pun mendekati batas bawah target BI, dan kondisi ini sebenarnya menciptakan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede juga pada awalnya melihat BI Rate dapat turun jika sinyal Fed Fund Rate (FFR) dipangkas pada FOMC Desember 2024 semakin kuat, dan rupiah tidak tembus Rp 16.000 per dolar. Namun nyatanya pada akhir pekan lalu, rupiah ditutup di atas Rp 16.000 per dolar AS dan terus berlanjut pelemahannya pada pekan ketiga Desember. Adapun pada akhir perdagangan hari Kamis (19/12/2024), rupiah ditutup anjlok 1,34% ke level Rp 16.312 per dolar AS.