[Medan | 5 Juni 2024] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 0,90% ke level 7.099 pada perdagangan hari Selasa (4/6/2024), dengan jumlah transaksi mencapai Rp 12,33 triliun dan volume 17,42 miliar saham. Adapun, 291 saham menguat, 273 saham terkoreksi, dan 214 lainnya stagnan.
Sementara itu, ada tujuh indeks sektoral yang terpantau mengangkat IHSG ke zona hijau. Sektor barang konsumsi nonprimer melonjak 1,23%, sektor properti dan real estat melesat 1,04%, sektor infrastruktur menanjak 1,01%, sektor keuangan menguat 0,70%, sektor barang konsumsi primer naik 0,67%, sektor barang baku menguat 0,47%, serta sektor transportasi dan logistik menguat 0,32%. Sementara itu, sektor energi tumbang 1,39%, sektor teknologi ambles 1,05%, sektor perindustrian terpangkas 0,57%, dan sektor kesehatan melemah 0,17%.
Adapun saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya adalah PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang melesat 8,96%, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) naik 7,89%, dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melejit 7,69%. Sedangkan saham-saham yang mengalami penurunan signifikan adalah PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) turun 8,97%, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melemah 4,69%, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) anjlok 3,89%.
IHSG kembali bangkit di tengah melandainya kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), sehingga membuat pasar kembali memburu aset berisiko. Sebagai informasi, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun turun 12 basis poin (bp) menjadi 4,39%, karena data aktivitas manufaktur AS yang melemah. Adapun data aktivitas manufaktur AS yang diukur melalui Purchasing Manager’s Index (PMI) versi ISM periode Mei 2024 turun ke angka 48,7, dari sebelumnya di angka 49,2 pada April lalu, yang menandakan bahwa aktivitas manufaktur AS semakin berkontraksi.
Sementara dari Indonesia, inflasi RI periode April lalu terpantau melandai dan PMI manufaktur RI juga melandai. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi sebesar 0,03% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei lalu. Deflasi biasanya terjadi ketika permintaan konsumen menurun, mengindikasikan adanya penurunan daya beli masyarakat. Deflasi Mei 2024 ini juga merupakan yang pertama kalinya sejak Agustus 2023.