[Medan | 7 Mei 2025] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melanjutkan reli pada hari ketujuh berturut-turut pada perdagangan Selasa (6/5/2025), dengan penguatan signifikan sebesar 0,97% ke level 6.898. Kenaikan ini memperpanjang tren positif IHSG sejak akhir April, sekaligus mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko.
Meskipun begitu, secara historis, bulan Mei cenderung menjadi periode yang kurang bersahabat bagi IHSG. Dalam sepuluh tahun terakhir, indeks hanya mencatatkan penguatan di bulan Mei pada tahun 2015 dan 2020. Maka dari itu, setelah penguatan kuat di Maret dan April 2025, IHSG berpotensi mengalami fase konsolidasi atau koreksi pada bulan ini.
Beberapa sentimen negatif membayangi pasar pada awal Mei ini. Dari dalam negeri, data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) berada di bawah ekspektasi pasar, dengan pertumbuhan hanya sebesar 4,87% (yoy). Kinerja ini menunjukkan pelemahan signifikan dibanding kuartal sebelumnya dan menjadi pertumbuhan paling lambat dalam 3,5 tahun terakhir.
Pertumbuhan yang lemah berpotensi memberikan efek berganda (multiplier effect) terhadap sektor-sektor lainnya, termasuk penurunan konsumsi dan investasi. Bila tidak diantisipasi dengan baik oleh pemerintah, kondisi ini bisa mengikis kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan datang dari anjloknya harga minyak dunia serta menjelang hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Bank Sentral AS yang digelar pada 7–8 Mei 2025. Pasar global tengah menantikan sinyal arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan. Sejauh ini, konsensus memperkirakan suku bunga acuan tetap dipertahankan di level 4,5%.
Secara teknikal, analis Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, menyampaikan bahwa IHSG kini berada di area jenuh beli (overbought). Ini berarti kenaikan harga saham telah berlangsung cukup cepat dan signifikan, sehingga rawan mengalami koreksi teknikal dalam waktu dekat.
Untuk perdagangan Rabu (7/5), Alrich memperkirakan IHSG akan bergerak dalam kisaran 6.850 – 6.950, dengan katalis utama berasal dari sentimen global. Minimnya rilis data ekonomi domestik membuat arah pasar cenderung mengikuti dinamika eksternal, terutama perkembangan dari AS.
Dalam kondisi pasar yang sensitif terhadap perkembangan global, Alrich merekomendasikan beberapa saham berbasis komoditas yang dinilai masih memiliki prospek teknikal menarik, antara lain PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Timah Tbk (TINS), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT BUMA Internasional Tbk (DOID).