[Medan | 18 Maret 2025] Trading halt kembali terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari Selasa (18/3/2025) setelah sebelumnya sempat terjadi pada era pandemi Covid-19 di tahun 2020.
Sebagai informasi, pada sepuluh menit pertama pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka ke posisi 6.394,87 atau turun 1,19%. IHSG kemudian anjlok 5,02% ke level 6.146 pada pukul 11:19 WIB sehingga perdagangan dihentikan sementara. IHSG kembali dibuka pada pukul 11.49 WIB tetapi langsung terjun bebas turun 6% ke 6.084.
Seluruh sektor mengalami pelemahan, dengan sektor teknologi mencatat koreksi terdalam sebesar 9,77%. Sektor barang baku dan energi masing-masing turun 5,99% dan 3,43%, sedangkan sektor properti, barang konsumsi, serta infrastruktur juga mengalami tekanan signifikan.
Menurut Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, terdapat beberapa faktor utama yang menekan IHSG. Pertama, kekhawatiran perang dagang dan arus keluar dana asing masih menjadi faktor dominan yang membuat investor asing menarik dananya dari pasar saham Indonesia. Risiko tarif impor, pembatasan perdagangan, serta meningkatnya ketegangan geopolitik menyebabkan ketidakpastian yang tinggi di pasar.
Kedua, pelemahan ekonomi domestik dan ketidakpastian regulasi turut memperburuk sentimen investor. Perlambatan ekonomi dalam negeri tercermin dari turunnya penerimaan pajak yang menunjukkan lemahnya aktivitas bisnis. Selain itu, muncul kekhawatiran terkait pembentukan holding BUMN media Danantara yang dinilai dapat mempengaruhi industri dan regulasi di Indonesia. Lonjakan PHK dan banyaknya pabrik yang tutup juga menjadi sinyal bahwa daya beli masyarakat melemah, serta sektor manufaktur dan tenaga kerja mengalami tekanan.
Ketiga, penurunan harga komoditas global turut memberikan dampak negatif pada perekonomian Indonesia. Harga batu bara, minyak sawit (CPO), dan nikel yang terus melemah memberikan tekanan pada emiten di sektor pertambangan dan perkebunan. Penurunan harga ini tidak hanya mempengaruhi pendapatan emiten, tetapi juga mengurangi penerimaan negara dari ekspor dan royalti.
Selain itu, menurut Head of Equity Trading Mitra Andalan Sekuritas, Arwendy Rinaldi Moechtar, rumor terkait Sri Mulyani juga menyebabkan arus dana asing keluar dari pasar saham. Investor asing menaruh kepercayaan pada kinerja Menteri Keuangan tersebut, sehingga spekulasi mengenai kebijakan ekonomi semakin menambah tekanan bagi IHSG.
Senada dengan hal tersebut, Andyka Pradana dari Jasa Utama Capital Sekuritas menyebutkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia, termasuk pelemahan nilai tukar rupiah, turut menjadi faktor yang menekan pergerakan indeks saham domestik.