[Medan | 7 Februari 2025] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merosot 2,1% ke level 6.875 pada Kamis (6/2/2025), melanjutkan tren pelemahan selama dua hari berturut-turut.
Mayoritas sektor saham mengalami tekanan di akhir perdagangan. Sektor keuangan mencatat penurunan terdalam sebesar 2,4%, diikuti sektor perindustrian dan barang baku yang masing-masing turun 2,3%. Sektor transportasi juga tertekan 2,1%, sedangkan sektor infrastruktur melemah 1,8%. Sebaliknya, sektor kesehatan menguat tipis 0,6% dan sektor teknologi naik 0,1%.
Pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh reaksi investor terhadap data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bertahan di kisaran 5%. Meski secara angka terlihat cukup baik, pertumbuhan ini dinilai kurang optimal mengingat pada 2023 terdapat berbagai momen politik yang seharusnya mampu mendorong konsumsi dan aktivitas ekonomi lebih tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2024 secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 5,02%. Sepanjang 2024, ekonomi hanya tumbuh 5,03%, didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Namun, pertumbuhan ini merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir dan masih di bawah target pemerintah dalam APBN 2024 sebesar 5,2%. Meski tetap berada di level historis sekitar 5%, pertumbuhan ini terjadi di tengah tekanan terhadap daya beli masyarakat.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dengan kontribusi 53,71% dan pertumbuhan 4,98%. Sementara itu, investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) memiliki kontribusi 30,12% dengan pertumbuhan 5,03%.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi yang bertahan di level 5% pada 2024 dinilai kurang memuaskan. Seharusnya, momen politik seperti pemilihan presiden (pilpres) di awal tahun dan pemilihan kepala daerah (pilkada) di akhir tahun dapat menjadi pendorong utama konsumsi dan aktivitas ekonomi. Namun, ekspektasi tersebut tidak terealisasi sesuai harapan.
Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 dan 2023 tercatat lebih tinggi, masing-masing sebesar 5,31% dan 5,05%, menunjukkan bahwa kinerja ekonomi 2024 mengalami perlambatan.