[Medan | 9 April 2025] Setelah sempat menyentuh batas trading halt akibat penurunan lebih dari 8% di awal sesi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya memangkas koreksinya dengan ditutup turun 7,90% ke level 5.996 pada penutupan perdagangan Selasa (8/4/2025).
Seluruh indeks sektoral tercatat melemah, mencerminkan tekanan luas di seluruh lini pasar. Sektor barang baku mencatatkan koreksi terdalam dengan penurunan 10,54%, diikuti sektor teknologi yang turun 10,23%, serta sektor barang konsumen non-primer yang tertekan 8,82%.
Meski demikian, IHSG mampu memangkas sedikit pelemahannya menjelang akhir perdagangan. Hal ini dipicu oleh mulai menguatnya kembali pasar saham global, walau sentimen negatif masih dominan. Investor tampaknya mulai mencermati potensi stabilisasi global sebagai pijakan untuk menahan tekanan jual lebih lanjut.
Sebagai catatan, gejolak di pasar global sebenarnya telah terjadi sejak Kamis pekan lalu, saat Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impornya. Namun karena pasar Indonesia tengah libur panjang Lebaran, IHSG dan rupiah belum merespons hingga sesi perdagangan Selasa. Alhasil, reaksi tertunda tersebut langsung memicu tekanan tajam dalam satu hari perdagangan.
Pengamat pasar dan praktisi investasi, Desmond Wira, menilai bahwa aksi jual masif sudah dapat diprediksi. Menurutnya, pasar Indonesia menjadi “korban terakhir” dari efek domino koreksi global. Sementara ketegangan dagang masih belum mereda, terutama pasca respons balasan dari Tiongkok.
Namun, volatilitas tinggi di jangka pendek ini juga dapat menjadi momentum bagi investor untuk meninjau ulang strategi jangka menengah hingga panjang.
Analis Trimegah Sekuritas, Kharel Devin, menyarankan agar investor tetap fokus pada saham-saham berfundamental solid dengan valuasi yang menarik. Di tengah gejolak seperti ini, koreksi pasar kerap menghadirkan peluang emas untuk reposisi portofolio. Menurutnya, ini adalah masa langka di mana harga saham bisa terkoreksi jauh di bawah nilai wajarnya.