Menteri Senior Kabinet Luhut Pandjaitan, mengatakan lewat akun Instagram resminya bahwa Indonesia akan menangguhkan beberapa izin ekspor minyak sawit untuk mengamankan pasokan dalam negeri di tengah kenaikan harga minyak goreng menjelang hari raya Islam yang akan datang.
Menurutnya, karena eksportir minyak sawit telah mengumpulkan kuota pengiriman yang besar pada tahun sebelumnya, mereka sekarang cenderung tidak melayani pasar dalam negeri. Oleh karena itu, Indonesia mengeluarkan izin ekspor bagi perusahaan kelapa sawit yang telah menjual sebagian produknya ke pasar domestik, di bawah kebijakan yang dikenal sebagai “Kewajiban Pasar Domestik” (DMO). Saat ini, DMO mengizinkan jumlah ekspor enam kali lebih banyak dari yang dijual perusahaan di dalam negeri.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Firman Hidayat, mengatakan bahwa sekitar sepertiga dari total kuota ekspor bisa digunakan sekarang, sedangkan sisanya hanya bisa digunakan setelah 1 Mei 2023. Ia juga menambahkan bahwa eksportir memegang izin ekspor senilai sekitar 5,9 juta ton pada akhir Januari. Menurutnya, eksportir dapat menambah kuota ketika mereka meningkatkan pasokan ke pasar domestik.
Sementara itu, pengecer mengklaim bahwa sulit untuk mendapatkan paket minyak goreng dengan harga lebih murah, sehingga memaksa mereka untuk menjualnya di atas harga yang diamanatkan sebesar Rp 14.000 ($0,93) per liter. Kementerian Perdagangan mengatakan bulan lalu bahwa produsen minyak sawit telah diinstruksikan untuk memperluas pasokan domestik dari sekitar 300.000 ton per bulan menjadi 450.000 ton per bulan hingga April.
Selain itu, harga pangan biasanya naik menjelang bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri yang jatuh pada April tahun ini. Menurut Sahat Sinaga, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia, perusahaan telah menahan ekspor, karena harga pasar dunia yang lebih rendah dan pungutan ekspor yang tinggi. Dengan sedikit urgensi untuk ekspor, perusahaan juga tidak didorong untuk memenuhi DMO mereka.
Mengingat kembali meroketnya harga minyak goreng, Indonesia tahun ini memberlakukan pembatasan ekspor minyak kelapa sawit selama tiga minggu, yang digunakan dalam segala hal mulai dari margarin hingga kosmetik dan bahan bakar, mengguncang pasar minyak nabati dunia. Namun harga minyak sawit sejak itu turun tajam kembali menjadi stabil di level yang lebih rendah karena prospek sekarang kurang pasti dengan harga energi turun dari level tertingginya dan ketakutan atas resesi global.