[Medan | 16 Juni 2025] Hubungan antara Iran dan Israel kembali memanas setelah kedua negara saling melancarkan serangan udara sejak Jumat (13/6). Ketegangan ini dipicu oleh serangan militer Israel yang menargetkan sejumlah fasilitas strategis milik Iran, termasuk instalasi militer, ilmuwan nuklir, dan bahkan fasilitas nuklir. Pemerintah Iran merespons keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk deklarasi perang terbuka.
Situasi yang memburuk di Timur Tengah ini mendorong investor global beralih ke aset safe haven, khususnya emas. Tak butuh waktu lama, harga emas langsung mencatatkan reli signifikan dan diperkirakan mendekati level psikologis US$3.500 per troy ons.
Pada perdagangan Jumat (13/6/2025), harga emas dunia tercatat melonjak 1,42% ke level US$3.432,18 per troy ons, menandai penguatan selama tiga hari berturut-turut. Lonjakan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan eskalasi konflik yang lebih luas, sehingga memicu minat terhadap instrumen lindung nilai.
Optimisme terhadap tren naik harga emas juga digaungkan oleh lembaga keuangan global. Goldman Sachs tetap pada proyeksinya bahwa pembelian emas oleh bank sentral yang masih sangat kuat akan mendorong harga logam mulia ini menembus US$3.700 per troy ons pada akhir 2025, bahkan mencapai US$4.000 per troy ons pada pertengahan 2026. Bank of America (BofA) juga melihat peluang harga emas menembus US$4.000 per troy ons dalam 12 bulan ke depan.
Tak hanya emas, konflik Israel-Iran juga memicu lonjakan tajam harga minyak dunia. Harga minyak mentah WTI pada perdagangan Jumat melesat 7,26% ke level US$72,98 per barel, sementara minyak Brent naik 7,02% ke level US$74,23 per barel.
Kenaikan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap potensi terganggunya pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah, yang selama ini menjadi salah satu wilayah penghasil minyak terbesar dunia. Lonjakan harga minyak tersebut juga menjadi yang tertinggi dalam pergerakan intraday sejak 2022, ketika invasi Rusia ke Ukraina memicu gejolak di pasar energi global.
Lonjakan harga ini juga menjadi katalis positif jangka pendek bagi saham-saham di sektor minyak dan emas, yang berpotensi diuntungkan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.