Hingga kuartal I-2023, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau dikenal dengan Tugu Insurance mampu membukukan laba bersih unaudited sebesar Rp 924,14 miliar. Dibandingkan dengan Rp 71,95 miliar kuartal I-2022, nilai tersebut meningkat sebesar 1184,48% year over year (yoy).
Menurut catatan keuangan perseroan yang dipublikasikan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), laba tersebut setidaknya didorong oleh dua faktor yang berbeda. Di antaranya adalah kenaikan biaya umum dan administrasi serta pertumbuhan premi bruto yang keduanya meningkatkan pendapatan perseroan.
Hingga kuartal I-2023, pendapatan premi bruto Tugu Insurance diperkirakan mencapai Rp 1,61 triliun. Dibandingkan dengan kuartal I-2022 yang mencapai Rp1,25 triliun, perolehan ini meningkat 28,59% (yoy). Adapun lini asuransi kebakaran, pengangkutan, rekayasa, dan rangka kapal tumbuh dengan baik dan masih menjadi penopang bisnis perusahaan. Pada kuartal I-2023, bisnis ini juga membukukan pendapatan underwriting lainnya sebesar Rp 133,21 miliar atau meningkat 56,46% (yoy). Sedangkan pendapatan investasi hanya turun 1,85% (yoy) menjadi Rp 96,67 miliar.
Sementara itu, beban klaim tumbuh 33,42% (yoy) menjadi Rp703,20 miliar dari Rp527,05 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Namun secara umum, bisnis mampu menurunkan biaya operasional sebesar 4,71% (yoy) menjadi Rp 149,87 miliar dalam tiga bulan pertama tahun ini. Dalam hal ini, kompensasi dan tunjangan pemberi kerja agak meningkat, sementara tunjangan karyawan dan posisi layanan profesional juga mengalami penurunan besar.
Adapun pos yang paling mencolok untuk perusahaan memperolehan peningkatan laba yakni dari beban umum dan administrasi. Pos tersebut berbalik untung Rp 790,05 miliar pada kuartal I-2023, dimana pada kuartal I-2022 dihitung sebagai pembagi keuntungan sebesar Rp 220,39 miliar. Sebagai informasi, ekuitas perusahaan per kuartal I-2023 tumbuh sebesar 9,95% menjadi Rp 10,08 triliun. Sementara itu, total aset TUGU tumbuh 4,77% menjadi Rp dan liabilitas naik tipis 0,95% (yoy) menjadi Rp 12,53 triliun.