[Medan | 5 Juli 2024] BUMN Holding Industri Pertambangan, PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID telah mengumumkan penyelesaian transaksi pembelian atau divestasi 14% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dari Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM).
Dengan transaksi ini, MIND ID menjadi pemegang saham mayoritas di PT Vale, meningkatkan porsi sahamnya dari 20% menjadi sekitar 34%. Sementara itu, kepemilikan VCL berkurang dari 44,4% menjadi sekitar 33,9%, dan kepemilikan SMM berkurang dari 15% menjadi sekitar 11,5%. Adapun divestasi saham ini adalah bagian dari kewajiban perpanjangan izin operasi selama 10 tahun yang diperoleh INCO melalui penerbitan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) hingga 28 Desember 2035.
Menurut Research Analyst Phintraco Sekuritas, Arsita Budi Rizqi, penyelesaian kewajiban divestasi dan posisi MIND ID sebagai pemegang saham terbesar berpotensi meningkatkan prospek jangka panjang INCO. Langkah ini memberikan kepastian bagi operasional bisnis INCO, seperti perjanjian offtake bijih nikel dengan MIND ID mulai tahun 2026 dapat membawa sentimen positif terhadap outlook bisnis INCO. Sebagai holding pertambangan BUMN, MIND ID juga dapat berkontribusi dalam pengembangan proyek strategis INCO di Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa.
Selain itu, langkah ini juga dapat meningkatkan peluang ekspansi operasional dan infrastruktur yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi operasional. Namun, saat ini INCO perlu fokus memulihkan kinerja setelah mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih pada kuartal I-2024. INCO mencatatkan pendapatan sebesar US$ 229,93 juta, turun 36,68% dibanding periode yang sama tahun lalu (Year on Year/YoY). Laba bersih INCO juga turun 96,33% (YoY) menjadi US$ 6,19 juta hingga Maret 2024.
Penurunan kinerja keuangan ini terjadi meskipun volume produksi dan penjualan nikel matte INCO meningkat. Pada kuartal I-2024, produksi nikel matte INCO mencapai 18.199 metrik ton dan penjualan sebanyak 18.175 metrik ton, masing-masing tumbuh 8,53% dan 8,45% (YoY). Namun, kenaikan volume produksi dan penjualan tidak diimbangi dengan harga realisasi rata-rata atau Average Selling Price (ASP). Pada kuartal I-2024, ASP INCO turun 41,62% (YoY) dari US$ 21.672 menjadi US$ 12.651 per ton.
Arsita memperkirakan kinerja tahunan INCO masih akan tertekan pada semester I-2024 karena ASP yang lebih rendah dibandingkan semester I-2023. Arsita memproyeksikan ASP INCO akan berada di kisaran US$ 13.800 per ton atau 78% dari harga nikel di London Metal Exchange (LME). Dengan target volume produksi di level 70.800 ton pada tahun ini, Arsita memprediksikan bahwa pendapatan kumulatif INCO masih cenderung tertekan. Arsita pun menyarankan buy on support INCO dengan target harga Rp 4.300 – Rp 4.400 dan stoploss jika turun ke level Rp 3.950 per saham.