[Medan | 14 Juli 2025] PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tengah dikabarkan mempertimbangkan rencana merger.
Informasi ini muncul berdasarkan laporan dari Bloomberg yang menyebut kedua perusahaan sudah menjajaki pembicaraan awal dengan konsultan untuk potensi penggabungan, sebuah strategi yang pernah gagal dilakukan sebelumnya pada 2015.
Jika merger terealisasi, perusahaan hasil penggabungan ini diperkirakan memiliki nilai valuasi sekitar Rp93 triliun (US$5,7 miliar), menjadikannya pemimpin mutlak di industri menara, dengan mengelola lebih dari 62.000 menara (39.400 milik Mitratel dan 23.000 oleh TBIG). Adapun saat ini, valuasi Mitratel berada di kisaran Rp45 triliun dan TBIG Rp45,8 triliun.
Dalam perspektif analis pasar modal, merger ini mencerminkan tren konsolidasi infrastruktur telekomunikasi global. Menggabungkan kedua perusahaan akan menciptakan skala ekonomi tinggi: efisiensi biaya pemeliharaan, negosiasi harga sewa optimal, serta posisi kuat dalam layanan pendukung seperti fiber backhaul dan colocation. Ini sejalan dengan pergeseran industri yang telah melahirkan merger besar di sektor operator seluler Indonesia seperti XL–Smartfren dan Indosat–Ooredoo Hutchison.
Telkom Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas Mitratel (72%) kemungkinan akan memperkuat sinergi vertikal lewat transaksi ini, meningkatkan kendali atas jaringan end-to-end dan membuka peluang layanan digital lebih luas. Sementara bagi Tower Bersama, merger akan memperkuat basis pelanggan, kapabilitas teknis, dan akses ke jaringan yang lebih besar.
Namun, prosesnya masih panjang dan menghadapi tantangan serius. Belum ada komitmen final dari kedua pihak, dan regulasi antitrust dari KPPU bisa menjadi hambatan utama. Selain itu, merger butuh persetujuan pemegang saham dan integrasi operasional yang kompleks.