[Medan | 21 November 2025] PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) akan bergabung dalam konsorsium bersama perusahaan pengolahan sampah asal China, Grandblue Environment Co., Ltd untuk mengikuti tender proyek waste to energy (WTE) Danantara. Grandblue merupakan salah satu dari 24 perusahaan global yang masuk dalam Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) dan wajib bermitra dengan perusahaan Indonesia untuk bisa mengikuti tender batch pertama.
Direktur Utama OASA Bobby Gafur Umar mengatakan ada tiga perusahaan asing yang mengajukan kerja sama, dan Grandblue dipilih karena kapasitas pengolahan limbahnya sangat besar, hampir 99 ribu ton per hari. Kapasitas tersebut jauh melampaui total produksi sampah Indonesia yang mencapai sekitar 175 ribu ton per hari, sehingga OASA menilai Grandblue sebagai mitra paling strategis.
Saat ini tender WTE Danantara akan dimulai di empat kota: Bogor dan Bekasi di Jawa Barat, Denpasar di Bali, serta Yogyakarta. OASA dan Grandblue akan mengajukan penawaran untuk proyek di Denpasar.
Grandblue tercatat sebagai salah satu dari 10 perusahaan lingkungan terbesar di China, dengan bisnis yang meliputi pengolahan limbah padat, energi, air bersih, dan drainase. Perusahaan beroperasi di 20 provinsi dan melayani lebih dari 110 juta penduduk. Secara internasional, Grandblue juga memiliki kepemilikan di beberapa proyek pembangkit listrik tenaga insinerasi limbah di Bangkok dengan kapasitas gabungan 3.300 ton per hari.
OASA dan Grandblue telah menandatangani MoU sebagai dasar pembentukan konsorsium. Bobby menyampaikan bahwa finalisasi keputusan investasi akan mempertimbangkan kesiapan lokasi dan skema kerja sama antara OASA, Grandblue, dan Danantara.
Selain Grandblue, OASA sebelumnya menjajaki kerja sama dengan PT TianYing Inc yang juga masuk dalam daftar 24 perusahaan DPT. Namun untuk saat ini, kolaborasi dengan TianYing difokuskan pada proyek PSEL di TPA Cipeucang, Tangerang Selatan, yang telah lebih dulu dijalankan sebelum terbitnya Perpres Nomor 109 Tahun 2025 mengenai mekanisme tender WTE Danantara.
OASA sempat mengusulkan agar proyek Tangerang Selatan dapat disesuaikan dengan aturan terbaru tanpa tender ulang, namun pemerintah menilai kesiapan lahan belum memenuhi kriteria, sehingga tidak masuk dalam tujuh kota prioritas pada batch pertama.
Dari sisi keuangan, Bobby enggan mengomentari potensi perbaikan kinerja OASA dari peluang ikut tender WTE Danantara. Hingga kuartal III-2025, OASA masih membukukan kinerja negatif. Pendapatan neto Januari–September 2025 tercatat Rp30,65 miliar, turun 39,42% secara tahunan. Perusahaan juga mencatat rugi bersih Rp13,32 miliar, berbalik dari laba Rp697,59 juta pada periode yang sama tahun lalu.

