Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif, mengatakan pada hari Senin (30/1/2023) bahwa Indonesia berencana untuk memproduksi 695 juta ton batu bara tahun ini dan mengekspor 518 juta ton batu bara ke luar negeri.
Sebelumnya, pada 2022 Indonesia memproduksi 687 juta ton batu bara dan mengekspor 494 juta ton. Meski ada larangan ekspor di awal tahun yang memaksa beberapa penambang menahan produksi dan hujan deras yang mengganggu operasi, produksi tahun lalu lebih tinggi dari target 663 juta ton.
Menurut data pengapalan dari konsultan Kpler, ekspor india ke India, Korea Selatan, Taiwan, dan Filipina semuanya naik tahun lalu, sementara pengapalan ke pasar terbesarnya, China, turun pada 2022. Sementara itu, konsumsi batu bara domestik Indonesia diperkirakan mencapai 177 juta ton pada 2023, turun dari 193 juta ton pada 2022. Estimasi yang lebih rendah tersebut didorong oleh berbagai program efisiensi yang dilakukan untuk mengurangi emisi karbon dari pembangkit listrik batubara.
Lebih dari 50% energi Indonesia dihasilkan oleh listrik berbahan bakar batu bara, dan pemerintah tahun lalu menetapkan tujuan yang lebih agresif untuk mengurangi emisi sebesar 31,89% sendiri atau 43,2% dengan bantuan internasional pada tahun 2030. Negara ini juga bertujuan untuk mencapai bersih nol emisi pada tahun 2060.
Selain itu, Arifin Tasrif juga memperkirakan harga batu bara tahun ini akan tetap tinggi setelah rekor harga 2022 yang disebabkan oleh gangguan pasokan akibat perang di Ukraina. Ia mengatakan bahwa masalah keseimbangan energi (penawaran dan permintaan) global yang masih membutuhkan bantuan dari batu bara akan memaksa harga batu bara untuk terus bertahan dengan baik di tahun 2023.
Pada bulan Oktober, harga patokan bulanan untuk batubara yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia mencapai $330,97 per ton. Sementara, bulan ini harganya turun menjadi $305,21 per ton. Arifin juga mengatakan Indonesia mengonsumsi 10,45 juta kiloliter (kl) biodiesel berbahan baku minyak sawit pada 2022, dan menargetkan konsumsi 13 juta kl tahun ini. Indonesia juga diperkirakan akan mengimplementasikan program ‘B35’ pada bulan Februari, yang akan meningkatkan jumlah minimum minyak sawit yang terkandung dalam bahan bakar diesel dari 30% menjadi 35%.