[Medan, 01 Desember 2023] PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), yang juga dikenal sebagai Sub holding Gas Pertamina, berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan konsolidasi hingga kuartal III tahun 2023 sebesar 2%, mencapai total US$ 2,69 miliar. Kabar baik ini membawa angin segar, terutama dengan kontribusi terbesar berasal dari bisnis niaga dan transmisi gas bumi sebesar 78%, sementara sektor hulu dan lainnya juga memberikan kontribusi positif.
Direktur Utama PGN, Arief Setiawan Handoko, menyampaikan bahwa capaian operasional yang signifikan terjadi pada pengaliran gas bumi di bisnis transmisi, yang tumbuh sebesar 8%, mencapai 1.444 MMSCFD. Handoko menjelaskan, “Keberhasilan ini tidak lepas dari mengalirnya gas di Pipa Transmisi Gresik-Semarang,” dalam acara Public Expose secara virtual pada Rabu (29/11).
Selain itu, volume niaga gas bumi juga mencatat pertumbuhan sebesar 5%, mencapai 935 BBTUD, dengan lebih dari 839 ribu pelanggan. Sebagian besar pelanggan berasal dari sektor pembangkit listrik, industri kimia, keramik, makanan, dan pupuk.
Handoko menjelaskan bahwa salah satu penyebab peningkatan volume niaga adalah keunggulan harga gas PGN yang sangat kompetitif. “Rerata harga gas yang kami jual sangat bersaing dibandingkan dengan bahan bakar lain seperti HSD, LPG – 12 kg, atau MFO,” ungkapnya.
Di samping itu, anak perusahaan PGN juga mencatatkan pertumbuhan kinerja yang mengesankan, terutama pada sektor transportasi minyak yang tumbuh 400% dengan penyaluran minyak melalui pipa Rokan. Pada regasifikasi LNG, terjadi kenaikan sebesar 21%, mencapai 158 BBTUD, karena adanya peningkatan permintaan di LNG Hub Arun.
Dalam hal keuangan, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, Fadjar Harianto Widodo, menegaskan bahwa PGN masih dalam kondisi likuiditas yang sehat. Posisi kas perseroan saat ini mencapai US$ 1,04 miliar, walaupun mengalami penurunan dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh upaya perusahaan dalam memperbaiki struktur hutangnya melalui aksi korporasi pembelian kembali obligasinya.
Widodo menyatakan, “Posisi kas kami masih baik pasca buyback tahun ini dan didorong dari operating cash flow yang terjaga. PGN masih dalam kondisi likuiditas yang sehat, dengan interest coverage ratio sebesar 10,3x dan rasio hutang terhadap modal sebesar 0,5x.”
Dalam menghadapi kebutuhan investasi dan modal kerja perusahaan, PGN telah mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 132 juta. Pemakaian dana tersebut mencapai 57% untuk usaha hilir dan lainnya, sementara sisanya dialokasikan untuk usaha di bidang hulu.
Beberapa proyek strategis yang telah menyerap belanja modal tersebut adalah gasifikasi kilang minyak Pertamina melalui Pipa Gas Senipah – Balikpapan, jaringan gas kota (jargas), dan revitalisasi terminal LNG Arun. Pipa Senipah – Balikpapan, sebagai salah satu proyek unggulan, telah terpasang sepanjang ±76 km dari target ±78 km.
“Proyek ini merupakan kontribusi sinergi PGN di Pertamina dalam mendukung kegiatan operasi Refinery Unit V Balikpapan. Pipa yang akan dibangun memiliki diameter 20 inch dan dimulai sejak 2022,” tambahnya.
Sebagai dukungan terhadap proyek strategis nasional, PGN juga telah melakukan pembangunan jargas di 37 kota/kabupaten dengan berbagai moda transportasi. Hingga saat ini, telah tersambung sebanyak 102.354 rumah.
“Upaya revitalisasi aset Terminal LNG Arun dilaksanakan sehubungan dengan upaya menangkap potensi pasar LNG Asia yang sangat menarik. Tangki yang tidak teroptimalkan akan dimodifikasi sehingga kapasitas dengan desain 127.000 m3 dapat beroperasi kembali ke depannya. Adapun proyek ini sekarang dalam tahap mencari mitra kerja untuk pekerjaan EPC,” pungkas Widodo dengan optimisme.
Pencapaian positif ini memberikan gambaran bahwa PGN terus berkomitmen dalam mendukung pertumbuhan sektor gas bumi di Indonesia dengan strategi bisnis yang kompetitif dan berkelanjutan.