[Medan | 29 April 2025] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% ke level 6.722 pada penutupan perdagangan hari Senin (28/4/2025), usai mendapatkan angin segar dari rencana pertemuan Presiden Prabowo Subianto dalam Town Hall Meeting Danantara bersama BUMN.
Sebagai informasi, Presiden Prabowo Subianto menghadiri kegiatan Townhall Meeting Danantara bersama BUMN di Jakarta Convention Center di Jakarta Convention Center (JCC), pada Senin (28/4) sore. Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana, menjelaskan bahwa meeting ini bertujuan mempererat sinergi antara Danantara dan BUMN, sekaligus menguatkan koordinasi sektor publik dan swasta.
Menurut analisis Pilarmas Investindo Sekuritas, pertemuan ini dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi katalis positif bagi pasar keuangan apabila dikelola dengan baik dan menghasilkan kebijakan konkret yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, sentimen positif turut datang dari rilis laporan keuangan emiten untuk kuartal I-2025. Pencapaian kinerja keuangan yang baik ini dipandang sebagai indikator awal bagi pelaku pasar untuk memperbarui proyeksi terhadap prospek perusahaan ke depan.
Secara regional, indeks saham Asia juga menunjukkan kecenderungan menguat, didukung oleh data industrial profit China yang positif serta ekspektasi stimulus tambahan dari pemerintah China. Data tersebut mencatat bahwa laba perusahaan industri China pada kuartal I-2025 tumbuh sebesar 0,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 1.509,36 miliar Yuan. Menteri Keuangan China, Lam Fo’an, pada akhir pekan lalu menyampaikan bahwa China akan mengadopsi kebijakan makroekonomi yang lebih proaktif demi mendorong pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun ini, sekaligus menjaga stabilitas serta menciptakan momentum positif bagi perekonomian global.
Di sisi lain, pasar global tetap mewaspadai perkembangan perdagangan internasional, terutama setelah Presiden AS Donald Trump memberikan sinyal bahwa jeda tarif timbal balik antara AS dan mitra dagangnya, termasuk China, kemungkinan tidak akan terjadi. Sebelumnya, ketegangan sempat mereda ketika Trump terbuka untuk mengurangi tarif impor dan China memberikan pembebasan tarif atas beberapa produk AS hingga sebesar 125%. Namun, ketidakpastian terbaru ini kembali menjadi faktor risiko yang dipantau pelaku pasar.