[Medan | 26 Februari 2024] PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), emiten teknologi yang bergerak di sektor e-commerce ini terpantau mengalami pembalikan arah dengan menunjukkan tanda-tanda rebound pada perdagangan hari Jumat (23/2/2024) ke level Rp 161 per saham, usai sempat melemah dengan menyentuh level terendah sepanjang masa (All Time Low).
Sebagai informasi, saham BUKA sempat melemah 4,94% ke level Rp 154 per saham pada perdagangan hari Kamis kemarin, yang merupakan level terendah sepanjang masa, sejak listing perdananya pada Agustus 2021. Adapun secara teknikal, saham BUKA masih mengalami tren (major trend) penurunan. Namun dengan penutupan hari Jumat, saham BUKA terpantau membentuk pola candle bullish harami, yang umumnya dianggap sebagai sinyal pembalikan arah (reversal).
Pelemahan saham ini merupakan respons terhadap kurangnya katalis positif yang tersedia untuk saham BUKA. Beberapa investor masih menunggu dan mengamati perkembangan fundamental perusahaan, termasuk laporan keuangan dan laba bersih Bukalapak.com untuk tahun 2023. Adapun berdasarkan laporan keuangan perusahaan per kuartal III-2023, BUKA tercatat berhasil membukukan peningkatan pendapatan sebesar 28,94% dari Rp 2,58 triliun menjadi Rp 3,33 triliun.
Pendapatan ini pun sebagian besarnya berasal dari pendapatan marketplace yang berkontribusi sebesar Rp1,73 triliun, pendapatan online to offline sebesar Rp 1,59 triliun, dan pendapatan dari pengadaan sebesar Rp 11,09 miliar. Meskipun begitu, BUKA mencatatkan rugi nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi sebesar Rp 707,17 miliar, berkebalikan dengan laba nilai investasi sebesar Rp 5,13 triliun sebelumnya. Alhasil, BUKA mengalami rugi tahun berjalan sebesar Rp 776,2 miliar, berbeda jauh dengan laba bersih Rp 3,6 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara berdasarkan konsensus analis yang melibatkan 20 analis dari Bloomberg, target harga saham BUKA diperkirakan mencapai Rp 275 per saham dalam 12 bulan ke depan. Dari 20 analis tersebut, 19 merekomendasikan BELI untuk saham BUKA, dengan analis Macquarie, Ariyanto Jahja memberikan rekomendasi Outperform dan target harga Rp 300 per saham, sementara Niko Margaronis dari BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan Buy dengan target harga Rp 340 per saham.