[Medan | 12 November 2024] PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar logam, bijih logam dan penyedia jasa aktivitas perusahaan holding ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan hari Senin (11/11/2024). Dalam debut perdananya, saham DAAZ berhasil dibuka naik 25% ke level Rp 1.100 per saham.
Sebagai informasi, DAAZ menawarkan sebanyak-banyaknya 300 juta saham atau setara dengan 15.02% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh. Adapun dengan harga penawaran saham perdana tersebut, DAAZ berpotensi meraup dana hingga Rp 264 miliar. Selama masa penawaran umum pada 1 November – 7 November 2024, permintaan saham DAAZ mengalami oversubscription sebanyak 323 kali, yang mencerminkan respons positif pasar terhadap IPO DAAZ.
Direktur Utama DAAZ, Mahar Atanta Sembiring, mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya kebutuhan nikel, batubara, bahan bakar, serta jasa angkutan laut dan pertambangan yang lebih efisien, yang didorong oleh program hilirisasi mineral pemerintah, DAAZ siap mengambil peran besar dalam memenuhi permintaan pasar domestik. Ia optimistis IPO ini akan memperkuat daya saing perusahaan dan meningkatkan kepercayaan dari para pemangku kepentingan.
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perusahaan, seluruh dana yang diperoleh dari IPO setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham terkait, sekitar 33,34% akan dialokasikan oleh perusahaan untuk membeli bijih nikel dan memenuhi kebutuhan modal kerja, termasuk biaya tenaga kerja dan logistik. Kemudian sisanya sebesar 66,66% akan disalurkan sebagai pinjaman kepada anak perusahaan. Alokasi ini terdiri atas:
Sebagian besar akan diberikan kepada PT Bara Makmur Dwitama (BMD) untuk pembelian batubara dan kebutuhan modal kerja, seperti biaya tenaga kerja dan logistik. Sedangkan 50% dari dana tersebut akan dialokasikan kepada PT Indo Lautan Energi (ILE) untuk pembelian bahan bakar solar, sesuai dengan perjanjian penjualan bahan bakar yang sudah ada dengan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia, serta untuk kebutuhan modal kerja, termasuk biaya tenaga kerja dan logistik.