[Medan | 20 Agustus 2025] CEO Danantara Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, membantah kabar yang menyebutkan sovereign wealth fund (SWF) tersebut tengah menyiapkan langkah untuk mengambil alih mayoritas saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).
“Enggak ada,” tegas Rosan singkat usai menghadiri rapat tertutup bersama Komisi XI DPR di kompleks parlemen, Senayan. Ia enggan menjawab lebih lanjut saat ditanya apakah pernah ada pembicaraan terkait rencana akuisisi tersebut.
Sebelumnya, publik dikejutkan dengan isu bahwa Danantara akan menguasai 51% saham BCA melalui mekanisme pengambilalihan paksa oleh negara. Rumor ini dikaitkan dengan skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pasca-krisis 1998, serta program divestasi BCA yang dinilai bermasalah.
Isu tersebut memicu gejolak di pasar modal. Harga saham BBCA tertekan dan secara year to date (ytd) sudah turun 10% menjadi Rp8.700 per saham per 15 Agustus 2025.
Kontroversi semakin ramai setelah Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Keuangan Negara (LPEKN) sekaligus akademisi UGM, Sasmito Hadinegoro, kembali menggulirkan tuntutan agar skandal BLBI BCA diungkap. Bahkan, usulan ini mendapat dukungan politik dari Wakil Ketua Badan Legislasi DPR sekaligus anggota Komisi XIII DPR dari PKB, Ahmad Iman Syukri.
Meski bantahan resmi dari Danantara telah disampaikan, rumor pengambilalihan tetap menjadi faktor penekan psikologis di pasar. Investor khawatir potensi intervensi negara terhadap BCA akan mengganggu independensi manajemen serta stabilitas saham perbankan terbesar di Indonesia.