[Medan | 23 April 2024] Bank Indonesia (BI) akan menggelar pertemuan Dewan Gubernur pada 23-24 April 2024 mendatang untuk menentukan kebijakan bunga acuan serta memberikan penilaian atas situasi perekonomian terkini. Pertemuan ini pun akan menjadi rapat dewan yang cukup menegangkan karena dilangsungkan di tengah anjloknya nilai tukar rupiah dan mencapai level terlemah sejak April 2020.
Adapun pasca memanasnya konflik Iran dan Israel, nilai tukar rupiah semakin tidak stabil, dengan ditutup di level Rp 16.237 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Senin (22/4/2024). Kejatuhan rupiah ini merupakan yang terlemah dalam empat tahun terakhir, yang mungkin akan mendorong BI untuk meningkatkan bunga acuan BI Rate guna menjaga selisih imbal hasil investasi dan menahan arus keluar modal asing.
Meskipun begitu, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, berpendapat bahwa pada pertemuan Dewan Gubernur April mendatang, BI masih memiliki peluang untuk mempertahankan BI-Rate pada level 6%. Menurutnya, meskipun konflik di Timur Tengah mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah, tetapi data indikator ekonomi Amerika Serikat (AS) masih stabil, sehingga kemungkinan pemotongan suku bunga global akan terjadi pada September 2024.
Sejalan dengan itu, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, juga berpendapat bahwa BI tidak memiliki urgensi untuk menaikkan BI-Rate pada pertemuan mendatang. Menurutnya, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih membutuhkan suku bunga yang mendukung untuk mendukung aktivitas di sektor riil. Selain itu, pemulihan ekonomi Indonesia saat ini sebagian besar didorong oleh aktivitas domestik, dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah kemungkinan sudah mencapai puncaknya atau dampak dari kepanikan akibat konflik Iran-Israel sudah mereda.