[Medan | 19 Juni 2024] Bank Indonesia (BI) akan memulai rangkaian dua hari Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 Juni, di tengah pergerakan rupiah yang kembali diterpa guncangan hebat dan menjatuhkan nilainya ke level terendah sejak awal April 2020 silam. Adapun nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 16.432 per dolar AS atau turun 0,33%, dan juga sempat berada pada level Rp 16.486 alias hampir menyentuh Rp 16.500.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong menyatakan bahwa ketidakpastian dari Amerika Serikat masih mendominasi pasar nilai tukar dalam jangka menengah, menguatkan dolar AS dan melemahkan berbagai mata uang, termasuk rupiah. Ia memproyeksikan nilai tukar rupiah bisa jatuh hingga Rp 16.800 per dolar AS jika tidak ada intervensi.
Adapun berdasarkan survei Bloomberg, konsensus pasar masih mengharapkan BI untuk menahan BI rate di level saat ini untuk bulan ketiga berturut-turut. Dari 19 analis yang disurvei, hanya dua yang memperkirakan BI akan menaikkan bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,5% dalam pertemuan RDG Juni ini.
Sementara itu, Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, melihat potensi pelemahan rupiah berlanjut minggu ini, dipengaruhi oleh kemungkinan tindakan balasan dari China terhadap Uni Eropa dan Amerika terkait tarif tinggi pada sektor kendaraan listrik. Ketegangan antara tiga ekonomi terbesar ini dipandang akan mengguncang perekonomian global, dan rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang Rp 16.450 hingga Rp 16.500 per dolar AS minggu ini.
Selain itu, Ibrahim juga menilai pelemahan rupiah akan berdampak pada cadangan devisa dan aktivitas ekspor-impor Indonesia, yang diperkirakan akan sedikit menurun. Potensi penurunan cadangan devisa bisa mendorong BI untuk menaikkan suku bunga acuan dalam pertemuan pekan depan. Ia menyebutkan bahwa BI masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga hingga batas atas 6,75% dari posisi saat ini 6,25%.