[Medan | 11 Maret 2025] Harga saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melemah 9,68% ke level Rp 2.800 per saham pada perdagangan Senin (10/3/2025).
Penurunan ini terjadi setelah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan rencana kenaikan tarif royalti untuk komoditas mineral dan batubara (minerba), yang berpotensi menambah beban bagi perusahaan tambang.
Dalam konsultasi publik yang digelar pada Sabtu (8/3/2025), pemerintah mengusulkan kenaikan tarif royalti untuk sejumlah komoditas seperti nikel, tembaga, dan emas, serta penyesuaian tarif royalti dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) untuk batu bara.
Berdasarkan rancangan kebijakan tersebut, tarif royalti untuk batu bara dengan izin usaha pertambangan (IUP) dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) akan meningkat 1 basis poin untuk kalori kurang dari 4.200 kcal/kg dan 4.200–5.200 kcal/kg apabila Harga Batubara Acuan (HBA) mencapai US$90 per ton atau lebih.
Namun, khusus untuk PKP2B, penerimaan hasil tambang (PHT) untuk kategori yang sama justru mengalami penurunan 1 persen poin. Sementara itu, bagi perusahaan yang beroperasi dengan skema izin usaha pertambangan khusus (IUPK), pemerintah akan menyesuaikan rentang tarif royalti serta Pajak Penghasilan Badan (PPh) dari 22% menjadi sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.
Dari sisi kinerja, pendapatan INCO mengalami penurunan 22,87% (yoy) dari US$ 1,23 miliar menjadi US$ 950,38 juta. Laba bersihnya pun anjlok 78,94% (yoy) dari US$ 274,33 juta menjadi US$ 57,76 juta pada 2024. Secara operasional, produksi dan penjualan nikel matte INCO hanya tumbuh terbatas. Produksi nikel matte naik 0,82% (yoy) dari 70.728 metrik ton menjadi 71.311 metrik ton pada 2024, sementara penjualan nikel matte meningkat 2,13% (yoy) dari 71.108 metrik ton menjadi 72.625 metrik ton.
Meski volume produksi dan penjualan mengalami kenaikan, harga jual rata-rata turun tajam 24,48% (yoy) dari US$ 17.329 per ton menjadi US$ 13.086 per ton, yang berdampak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Tekanan dari rencana kenaikan tarif royalti serta pelemahan harga nikel global menjadi sentimen negatif bagi saham INCO. Dengan prospek yang masih menantang, pelaku pasar akan mencermati bagaimana perusahaan beradaptasi terhadap kebijakan pemerintah dan dinamika pasar global dalam beberapa bulan ke depan.