[Medan | 22 Agustus 2024] Harga saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF), perusahaan yang bergerak di bidang industri farmasi, tiba-tiba melonjak sebesar 21,43% ke level Rp 765 per saham pada perdagangan hari Rabu, 21 Agustus 2024. Lonjakan ini tidak hanya dialami oleh KAEF, tetapi juga oleh sejumlah saham farmasi lainnya. Saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) naik 13,25% ke level Rp 530 per saham, saham PT Phapros Tbk (PEHA) melesat 8,52% ke Rp 382 per saham, PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) melonjak 7,77% ke Rp 111 per saham, dan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) naik 1,76% ke Rp 1.730 per saham.
Kenaikan drastis saham-saham farmasi ini diduga dipicu oleh laporan mengenai penyebaran kasus cacar monyet (Monkeypox/Mpox) di Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus Mpox di Indonesia telah mencapai 88 kasus per Sabtu, 17 Agustus 2024, dengan penyebaran mulai dari Jakarta hingga Kepulauan Riau. Dalam menanggapi situasi ini, Kemenkes mengambil langkah tegas dengan memperketat skema pemeriksaan bagi Warga Negara Asing (WNA) yang memasuki Indonesia untuk mencegah masuknya virus Mpox, terutama di tengah meningkatnya kekhawatiran global.
Di sisi lain, Kimia Farma belum merilis laporan keuangan untuk semester I-2024 yang berakhir pada 31 Juni 2024. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma, Lina Sari, menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut akan melalui penelaahan terbatas (limited review) oleh akuntan publik sebelum dirilis.
Pada kuartal I-2024, KAEF mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 102,73 miliar, berbanding terbalik dari laba bersih Rp 386,49 juta pada periode yang sama tahun 2023. Pembengkakan kerugian ini disebabkan oleh beberapa faktor utama. Pertama, masalah operasional terkait inefisiensi pabrik yang memengaruhi produktivitas perusahaan. Kedua, komposisi produk yang terjual didominasi oleh produk dengan margin rendah, yang mengurangi profitabilitas. Ketiga, terdapat dugaan masalah integritas dalam penyediaan data di Kimia Farma Apotek (KFA), yang turut berkontribusi terhadap penurunan kinerja keuangan perusahaan.
Meningkatnya kekhawatiran akan penyebaran kasus Mpox di Indonesia memberikan sentimen positif bagi saham-saham farmasi, mengingat potensi meningkatnya permintaan produk kesehatan terkait pencegahan dan pengobatan. Namun, kondisi fundamental Kimia Farma yang masih menghadapi tantangan operasional dan masalah internal perlu mendapat perhatian serius. Ke depannya, kemampuan perusahaan untuk mengatasi inefisiensi dan meningkatkan komposisi produk bermargin tinggi akan menjadi kunci dalam memulihkan kinerja keuangan dan mempertahankan momentum positif di pasar saham.