[Medan | 20 Agustus 2025] Investor asing tercatat mulai masuk ke saham-saham big banks, namun tekanan jual di sektor perbankan masih belum mereda. Pada perdagangan Selasa (19/8), saham bank bermodal jumbo justru kompak terkoreksi setelah libur panjang kemerdekaan RI.
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi yang paling dalam terkoreksi, ditutup melemah 2,30% ke Rp8.500 per saham setelah sempat menyentuh level terendah Rp8.450. Meski begitu, saham BBCA mencatat net foreign buy Rp91,27 miliar, dengan akumulasi asing sepekan terakhir mencapai Rp1,35 triliun. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) juga turun 1,94% ke Rp4.040 per saham, namun tetap mencatat net foreign buy Rp144,07 miliar, dan pembelian bersih asing sepekan mencapai Rp2,31 triliun.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, menilai tahun ini belum menjadi periode terbaik bagi sektor perbankan. Meski pemerintah menyampaikan narasi pertumbuhan ekonomi 5,4% dalam RAPBN 2026, investor masih meraba arah kebijakan fiskal dan sektor keuangan, khususnya bank milik negara. Ia juga menyoroti isu negatif yang membayangi masing-masing emiten, termasuk rumor pengambilalihan 51% saham BBCA oleh pemerintah terkait kasus BLBI. Nico menyarankan investor jangka pendek sebaiknya menghindari saham perbankan, sementara untuk jangka panjang ia merekomendasikan BBCA dengan target harga Rp11.650.
Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menilai aksi beli asing lebih banyak memanfaatkan likuiditas tinggi di saham bank, bukan tanda hilangnya kepercayaan. Menurutnya, volatilitas global membuat investor asing cenderung keluar-masuk cepat. Ia menambahkan, pidato Presiden Prabowo pada peringatan Hari Kemerdekaan dan nota keuangan RAPBN menjadi faktor domestik yang turut diperhatikan.
Head of Research RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya, menilai pelemahan saham perbankan kali ini lebih dipicu aksi ambil untung setelah pekan lalu sempat menguat karena rebalancing indeks MSCI.
Secara fundamental, big banks masih solid dengan dukungan basis dana murah dan likuiditas yang kuat. Namun, sentimen politik, isu akuisisi, serta ketidakpastian global masih menjadi faktor penekan. Investor jangka pendek disarankan berhati-hati, sementara bagi horizon panjang, saham big banks seperti BBCA tetap memiliki potensi akumulasi di harga diskon.