[Medan | 4 Februari 2025] Harga saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) melonjak 9,36% ke level Rp2.220 pada perdagangan Senin (3/2/2024), mencatatkan kenaikan lebih dari 90% dalam sepekan terakhir. Selama sesi perdagangan, saham SSMS bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi intraday di Rp2.530, dengan total transaksi mencapai Rp44 miliar dan volume hampir 200 ribu lot.
Kenaikan harga saham ini didorong oleh optimisme pasar terhadap tren penguatan harga crude palm oil (CPO). Analis Riset MNC Sekuritas, Raca Junico, menilai SSMS memiliki prospek yang kuat berkat integrasi bisnis dari hulu ke hilir, yang memberikan fleksibilitas dalam menghadapi fluktuasi harga CPO. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam mendorong implementasi biodiesel B40 diperkirakan akan meningkatkan permintaan CPO, yang turut menjadi katalis positif bagi SSMS melalui anak usahanya, PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT).
CBUT berencana mengoperasikan pabrik refinery & fractionation dengan kapasitas 1.500 ton per hari pada April 2025, yang akan meningkatkan total kapasitas produksi menjadi 4.000 ton per hari. Dengan ekspansi ini, Raca memperkirakan laba bersih SSMS dapat tumbuh sekitar 60% pada 2024.
Direktur Utama SSMS, Jap Hartono, menyatakan bahwa perusahaan telah menyiapkan belanja modal (capex) sebesar Rp700 miliar pada 2025, yang dialokasikan untuk pemeliharaan perkebunan, pembelian alat berat, perawatan mesin, serta pengembangan infrastruktur dan fasilitas di perkebunan.
Chief Sustainability Officer SSMS, Henky Satrio, menambahkan bahwa perusahaan tengah menyusun strategi keberlanjutan jangka panjang, termasuk sertifikasi ISPO bagi perkebunan plasma dan pekebun swadaya, implementasi ketertelusuran lahan (traceability to plantation), serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan sertifikasi.
Di sisi lain, Harga Referensi (HR) CPO untuk penetapan Bea Keluar dan Pungutan Ekspor (PE) pada Februari 2025 tercatat sebesar USD955,44 per metrik ton (MT), turun 9,82% dari bulan sebelumnya yang mencapai USD1.059,54 per MT. HR CPO kini semakin mendekati ambang batas USD680 per MT, yang menurut regulasi akan menetapkan Bea Keluar sebesar USD124 per MT dan Pungutan Ekspor sebesar 7,5% dari HR CPO, yaitu USD71,66 per MT.