[Medan | 25 Maret 2024] PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), perusahaan teknologi yang bergerak di sektor e-commerce ini mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 1,36 triliun pada tahun 2023, berbanding terbalik dengan laba bersih sebesar Rp 1,98 triliun pada tahun 2022.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BUKA berhasil mencatat pendapatan bersih sebesar Rp 4,43 triliun pada tahun 2023, meningkat 22,66% secara year on year (YoY) dari Rp 3,61 triliun. Pendapatan ini didominasi oleh segmen marketplace yang berkontribusi sebesar Rp 2,23 triliun, atau tumbuh 47,44% YoY, sementara segmen online to offline berkontribusi sebesar Rp 2,18 triliun, dan segmen pengadaan berkontribusi sebesar Rp 11,09 miliar.
Peningkatan pendapatan Bukalapak juga diimbangi oleh kenaikan signifikan dalam beban pokok pendapatan, yang meningkat sebesar 32,33% YoY dari Rp 2,55 triliun di tahun 2022 menjadi Rp 3,38 triliun di tahun 2023. Namun, beberapa beban lainnya mengalami penurunan, seperti beban penjualan dan pemasaran yang menyusut 49,56% YoY menjadi Rp 518,43 miliar pada tahun 2023 dari Rp 1,02 triliun di tahun 2022.
Beban umum dan administrasi juga mengalami penurunan sebesar 47% secara tahunan menjadi Rp 1,34 triliun, turun dari Rp 2,54 triliun di tahun 2022. Bukalapak juga harus menanggung beban operasional lainnya sebesar Rp 82,7 miliar, padahal tahun sebelumnya mencatatkan pendapatan operasional lainnya sebesar Rp 338,46 miliar.
Tak hanya itu, Bukalapak juga mencatatkan kerugian atas nilai investasinya sebesar Rp 1,22 triliun, berbanding terbalik dengan laba atas nilai investasi sebesar Rp 3,93 triliun di tahun 2022. Akibatnya, Bukalapak harus menanggung kerugian usaha sebesar Rp 2,12 triliun sepanjang tahun 2023, yang berbanding terbalik dengan Rp 1,75 triliun di tahun 2022. Dengan begitu, Bukalapak mencatatkan kerugian tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,36 triliun, berbanding terbalik dengan laba bersih sebesar Rp 1,98 triliun.